PEMBAHASAN
A. Definisi
Mikrobiologi Air
Mikrobiologi adalah
study tentang mikroorganisme yang uniseluler atau sel cluster organisme
mikroskopis. Oleh karena itu mikrobiologi air mengacu pada study tentang
mikroorganisme yang hidup di air, atau pendatang dari suatu habitat lain.
B. Mikroorganisme
penyusun lingkungan akuatik (air)
Seperti umumnya di
dalam habitat atau tempat hidup lainnya, kelompok yang didapatkan hidup di air
terdiri dari bakteri, fungi, mikroalga, virus dan protozoa. Kelompok-kelompok
tersebut kehadirannya dalam air ada yang mendatangkan keuntungan, tetapi juga
banyak yang mendatangkan kerugian. Secara umum mikroorganisme yang terdapat di
air adalah:
1. Bakteri
Jenis komposisi habitat bakteri akuatik
tidak hanya tergantung pada zat organik dan zat anorganik, pH, turbiditas dan
temperatur, tetapi juga sumber asal mikroorganisme yang masuk ke air.
Kebanyakan bakteri akuatik adalah heterotropik, yakni hidup dengan menggunakan
zat organik. Secara morfologis bakteri akuatik mempunyai bentuk yang hampir
sama dengan tipe bentuk dasar bakteri yang terdapat di darat. Kebanyakan
bakteri akuatik adalah motil dengan flagella. Fimbriae juga ditemukan sebagai
tambahan flagella. Mereka berkoloni memebentuk bentukan koloni seperti bintang,
fimbriae atau pili secara umum lebih tipis daripada flagella.
a.
Bakteri pada Perairan
Dalam
Bakteri flora pada
permukaan perairan lebih banyak dan bervariasi daripada perairan subterania.
Komposisi bakterinya tergantung dari siplai nutrisi-nutrisi dalam air. Pada air
mengalir dengan nutrisi yang miskin, bakteri gram negatif berbentuk batang
nonspora lebih dominan dan juga terdapat bakteri seperti Hyphomicrobium,
Caulobacter, Gallionella serta Pseudomonas.
Sungai-sungai membawa
banyak limbah dengan banyak bakteri. Contohnya bakteri Escerichia coli yang
dinamakan strain koliform dan Salmonella patogenik sebagai penyebab demam
tifoid. Limbah sungai juga mengandung bakteri Proteus vulgaris dan Clostridia.
Bakteri Desulphovibrio desufuricans yang mampu mereduksi sulfat juga sering
ditemukan. Bakteri yang berada dalam danau seperti genus dari Achromobacter,
Flavobacterium, Brevibacterium, Vibrio, Spirillum, Micrococcus, Sarcina,
Bacillus, Pseudomonas, Nocardia, Streptomyces, Micromonospora dan Cytophaga.
Jumlah genus yang lain tergantung tipe danau dan kondisi setempat.
Pada danau eutropik
terdapat secara melimpah bakteri sulfur nonpigmen, misalnya Thiospira,
Thiothrix dan Thioploch serta bakteri yang mengoksidasi metana seperti
Pseudomonas methanica. Bakteri khemoototrof juga terdapat dalam danau, misalnya
bakteri Nitrosomonas europea, Nitrobacter winogradskyi, Thiobacillus, dan
bakteri besi. Bagian penting dalam danau eutropik adalah bakteri fototootrof.
Bakteri-bakteri tersebut adalah kelompok bakteri yang sedikit menerima cahaya.
Berikut merupakan gambar dari bakteri perairan dalam.
b. Bakteri
pada Danau Bergaram
Pada dekade tahun
terakhir telah ditemukan bakteri yang dapat hidup di danau besar bergaram di
Utah (Amerika Serikat) dan Laut Mati, yaitu terdapat air yang mengandung kadar
garam sangat tinggi. Mayoritas bakteri yang hidup di danau bergaram dengan
kadar garam yang tinggi yaitu bakteri halofilik. Kebanyakan organisme halofilik
ekstrim dapat berkembang secara optimal dengan kadar garam 20-30%. Mereka
mempunyai pigmen merah, contohnya adalah Halobacterium dan Halococcus. Genus
bakteri Halobacterium memiliki kemampuan tumbuh dengan kadar garam di atas 12%.
Di samping bakteri
Halobacterium, Larsen (1962) dalam Rheinheimer, 1980 mengelompokkan bakteri
halofilik yang ekstrim pada organisme yang berbentuk kokoid. Berbagai strain
Halococcus morrhuae telah diisolasi dari Laut Mati. Organisme tersebut
menunjukkan pigmentasi warna merah. Mereka dapat tumbuh paling baik pada
konsentrasi garam 20-25% dan tidak dapat hidup dengan konsentrasi garam di
bawah 10%. Selain itu pada danau bergaram juga terdapat bakteri halofilik
moderat dengan kadar garam optimum 5-20%. Chromobacterium maris-mortui dapat
tumbuh dengan kadar garam optimum 12%. Pada danau yang mengandung hydrogen
sulfida yang berkembang dalam jumlah besar terdapat bakteri hijau dan ungu,
misalnya Chlorobium, Pelodictyon, Prosthecocholoris, Chromatium,
Ectothiorhodospira, dan Thiocapsa.Berikut merupakan gambar dari bakeri pada
danau bergaram.
c. Bakteri
Laut
Laut memiliki
konsentrasi garam rata-rata 3,5% yang merupakan konsentrasi optimal bagi
kebanyakan bakteri-bakteri di laut. Kebanyakan bakteri laut bersifat anaerob
fakultatif, tetapi dapat tumbuh lebih baik dengan adanya oksigen. Beberapa
bakteri laut dapat tumbuh pada temperatur rendah antara 0-40C dan temperatur
optimalnya 18-220C. Sebagian besar bakteri laut bersifat gram negatif,
berflagella, batang tak berspora. pada umumnya bakteri yang berhabitat di laut
antara lain Pseudomonas, Vibrio, Spirillum, Achromobacter dan Flavobacterium.
Pada beberapa tempat di
laut tersebar bakteri luminesensi yang menarik. Bakteri ini memiliki kemampuan
dalam mentransfer energi kimia ke dalam energi cahaya dan menghasilkan cahaya
kehijauan yang terang/cerah. Beberapa bakteri luminisensi digolongkan menjadi
dua, yaitu genus Photobacterium dan genus Vibrio. Disamping bakteri
heterotrofik, bakteri fototropik dan bakteri kemototrofik juga terdapat di
laut. Organisme fototropik ada apabila terdapat hidrogen sulfida dan cahaya
untuk proses fotosintesis. Bakteri kemototrofik dapat ditemukan di air teluk
terutama pada laut terbuka. Spesies pengoksidasi sulfur, yakni Thiobacillus
merupakan bakteri yang berhabitat di laut yang menghasilkan hidrogen sulfida,
misalnya pada air pantai yang tercemar. Bakteri nitrit (yang mengoksidasi
ammonia menjadi nitrit atau mengoksidasi nitrit menjadi nitrat) terdapat di
Laut Utara dan Lautan Atlantik. Bakteri pertama yang ditemukan adalah bakteri
Nitrosocystis oceanus yang terdapat pada kedalaman yang bervariasi pada Lautan
Atlantik. Bakteri besi dan bakteri mangan (yang mengoksidasi Fe2+ menjadi
Fe3+ dan mengoksidasi Mn2+ menjadi
Mn3+ juga didapatkan pada habitat laut.
Berikut merupakan gambar dari bakteri pada laut.
2.
Cyanophyta
Cyanophyta atau alga
hijau biru adalah termasuk prokariot, dan istilah yang lain adalah Cyanobacteria.
Mempunyai membrane plastid dan mitokondria, berpigmen klorofil a, β-karoten dan
fikobilin yang berfungsi untuk pigmen fotosintesis. Beberapa spesies memiliki
ciri khas warna hijau biru yang dinamakan fikosianin. Beberapa yang lain
memiliki pigmen hijau kekuningan dan warna merah yang dinamakan fikoerithrin.
Morfologi Cyanophyta bermacam-macam. Bentuknya ada yang sferis, telur, koloni
seperti pita yang terjadi atau terdiri dari sel yang lebih banyak atau lebih
sedikit sekitar selubungnya. Cyanophyta memainkan peran penting dalam kehidupan
di permukaan air. Ada yang hidup bebas dan ada bentuk yang tidak bebas, yang
dapat tersebar pada permukaan tumbuhan dan hewan air sebagai substratnya.
Beberapa spesies tumbuh dengan bersimbiosis dengan tumbuhan dan hewan tingkat
rendah.
a.
Cyanophyta pada
Perairan Dalam
Perairan dalam
merupakan habitat utama Cyanophyta dan memainkan peran sebagai bagian bagian
transformasi materi. Keberadaan alga di sungai mengikuti aliran air. Pada air
yang mengalir deras terdapat antara lain Pleurocapsa, Hidrococcus dan
Chamaesiphon dan berada pada permukaan batu. Pada air pegunungan didapatkan
bentukan Rvularia haematites. Nostoc verrucosum juga dapat tumbuh pada aliran
air yang deras. Pada sungai besar, keberadaan plankton lebih dominan, misalnya
Aphanizomenon flosaquae. Beberapa ratus spesies Cyanophyta diketahui terdapat
di danau. Mereka meliputi Cyanophyta Chroococcal dan Hormogonal. Berikut gambar
cyanophyta di perairan dalam.
b.
Cyanophyta pada Danau
Bergaram
Beberapa spesies Cyanophyta
relatif toleransi terhadap kadar garam tinggi. Misalkan yang ditemukan di Laut
Kaspia. Diantara spesies yang menyebabkan blooming plankton adalah
Aphanizomenon flos-aquae, genus Aphanothece, Coelospaherium, Chroococcus,
Gomphosphaeria, Anabaena dan Oscillatoria. Berikut merupakan gambar cyanophyta
danau bergaram.
c.
Cyanophyta Laut
Pada habitat laut,
Cyanophyta tidak memainkan peran yang penting seperti halnya pada danau
perairan dalam, terkecuali di daerah Artik dan Antartika. Trichodesmium
berkembang baik pada perairan tropis. Genus ini yang berbentuk filamen dapat
menyebabkan blooming plankton. Berikut merupakan gambar dari chyanophyta laut.
3. Fungi/Jamur
Jamur merupakan
organisme heterotrofik, yang tergantung terhadap kehadiran senyawa-senyawa
organik. Bentuk-bentuk saprofitik dalam air yang ditemukan seperti halnya
parasit yang menyerang sebagian besar tanaman air dan binatang air. Ada jamur
yang hanya mampu sebagai saprofitik atau sebagai parasititik, tetapi ada juga
yang bertindak sebagai parasit fakultatif, dimana mereka mendapatkan makanan
dari bahan-bahan yang telah mati atau hidup parasit pada organisme lain. Ada
juga fungi yang mampu dengan mekanisme yang canggih memangsa Protozoa,
Rotatoria atau Nematoda. Fungi yang demikian dinamakan predator.
Kebanyakan fungi
akuatik memerlukan oksigen bebas. Beberapa fungi dapat tumbuh pada pH 3,2 –
9,6; misalkan Achlya racemosa dan Saprolegnia manoica. Fungi lebih banyak
memiliki variasi morfologis dibandingkan bakteri dan mempunyai sel yang lebih
besar. Fungi tingkat rendah akuatik bersifat uniseluler, pada bentukan yang
lebih tinggi mampu menghasilkan miselium. Kehidupan fungi berkoloni atau hidup
pada bahan-bahan yang telah mati. Fungi tingkat tinggi yang sebagian besar
diwakili oleh Ascomycetes juga didapatkan pada air, sedangkan Basidiomycetes
memainkan peran yang kecil pada habitat akuatik.
a.
Fungi pada Perairan
Tawar
Mikroflora fungi pada
air subteranea tidak begitu memainkan peran yang penting. Dalam air bersih
fungi hampir tidak didapatkan, karena kekurangan nutrien. Tetapi fungi dapat
berada dalam sumber air bersih dan
sungai. Beberapa koloni dapat tumbuh dengan nutrien yang sedikit atau pada
aliran air eutrofik. Sejumlah Phycomycetes parasitik dalam air tidak hanya
menyerang alga dan binatang-binatang kecil, tetapi juga menyerang telur dan
larva Crustacea dan ikan.
Pycomycetes merupakan
mikroflora penting dalam danau. Kelompok ini yang dominan adalah adalah
Chytridiales dan Saprolegniales yang bertindak sebagai spesies parasitik dan
saprofitik. Anggota genus Leptolegnia, Achlya, dan Aphanomyces juga sering
dijumpai di danau.
b.
Fungi pada Danau Bergaram
Sejumlah fungi yang
diketahui terdapat di laut juga terdapat di danau bergaram dengan konsentrasi
garam yang rendah. Anastaciou, 1963 dalam Rheiheimer, 1980 menemukan
Ascomycetes di Laut Salton, California. Rhizopidium halophilum tumbuh pada
habitat perairan bergaram atau pada sebuah teluk.
c.
Fungi Laut
Organisme dari genus
Olpidium, Rozella, Chytridium, Rhizophydium, Sirolpidium dan Ectrogella yang
berperan sebagai parasit di laut. Ada sekitar 91 spesies yang didapatkan di
laut. Basidiomycetes yang berada dalam laut antara lain Nia vibrissa,
Diditatispora marina dan Melanotaenium ruppiae.
C. Peran
Mikroorganisme dalam Lingkungan Akuatik
Peran
mikroorganisme sangat penting dalam siklus kehidupan air. Kontribusi
mikroorganisme ini mampu menguraikan bahan-bahan organik dan mempercepat
kemungkinan kembalinya unsur-unsur anorganik penting ke dalam siklus zat
organik baru. Menurut suriawiria (1985), kehadiran mikroba di dalam air,
mungkin akan mendatangkan keuntungan tetapi juga mungkin mendatangkan kerugian.
1. Mendatangkan
keuntungan
a. Banyak plankton, baik yang terdiri dari
plankton-tumbuhan (fitoplankton) ataupun plankton-hewan (zooplankton),
merupakan makanan utama ikan-ikan kecil. Sehingga kehadirannya merupakan tanda
kesuburan kolam ikan misalnya, untuk perikanan. Ini misalnya untuk jenis-jenis
microalgae yaitu Chlorella, Scenedesmus, Hydrodiction, Pinnularia, Sinedra, dan
sebagainya.
b. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam
badan air berlaku sebagai jasad decomposer. Artinya jasad tersebut mempunyai
kemampuan untuk mengurai atau merombak senyawa yang berada (masuk) ke dalam
badan air. Sehingga kehadirannya telah dimanfaatkan di dalam rangka pengolahan
buangan di dalam air secara biologis.
c. Pada umumnya microalgae mempunyai klorofil,
sehingga dapat melakukan proses fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di
dalam air, kegiatan fotosintesis tersubut akan menambah jumlah (kadar) oksigen
di dalamnya, sehingga nilai kelarutan oksigen (umumnya disebut DO atau
dissolved oxygen) akan naik atau bertambah.
d. Kehadiran hasil uraian senyawa hasil
rombakan bakteri atau fungi, ternyata digunakan atau dimanfaatkan oleh
jasad-jasad lain, antara lain oleh microalgae, oleh bakteri atau fungi sendiri.
Sehingga dalam masalah ini jasad-jasad pengguna tersebut dinamakan consumer
atau jasad pemakai. Tanpa adanya jasad pemakai, kemungkinan besar penimbunan
(akumulasi) hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhdap jasad
lain, khususnya ikan.
e. Penggunaan Bakteri dalam Menguraikan
Detergen
Alkil benzil sulfonat
(ABS) adalah komponen detergen, yang merupakan zat aktif yang dapat menurunkan
tegangan muka sehingga dapat digunkan sebagai pembersih. ABS mempunyai
Na-sulfonat polar dan ujung alkil non-polar. Pada proses pencucian, ujung polar
ini menghadap ke kotoran (lemak) dan ujung polarnya menghadap ke luar (ke-air).
Bagian alkil dari ABS ada yang linier dan non-linier (bercabang). Bagian yang
bercabang ABS-nya lebih kuat dan berbusa, tetapi lebih sukar terurai sehingga
menyebabkan badan air berbuih. Sulitnya peruraian ini disebabkan karena atom C
tersier memblokir beta-oksidasi pada alkil. Hal ini dapat dihindari apabila ABS
mempunyai alkil yang linier. Namun ada beberapa bakteri yang dapat menguraikan
ABS meskipun memakan waktu yang cukup lama. Bakteri pengurai deterjen antara
lain Basilus subtilus, Vibrio coma, Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia
coli
2. Mikroorganisme
yang merugikan
Yang paling dikhawatirkan adalah kalau di dalam badan air
terdapat jasad-jasad mikro penyebab penyakit, seperti:
a) Salmonella penyebab penyakit tifus adalah
bakteri gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora namun bersifat
patogen, baik pada manusia ataupun hewan. Dapat menyebabkan demam typhoid
(typoid fever). Sebenarnya penyakit demam typoid dapat dipindahkan dengan
perantara makanan yang terkontaminasi dan dengan kontak langsung dengan si
penderita. Namun yang paling umum sebagai fakta penyebab adalah air. Air dapat
terkontaminasi oleh bakteri ini karena kesalahan metode pemurnian air atau
kontaminasi silang (Cros contaminant) antara pipa air dengan saluran air limbah
(Tarigan, 1988).
b) Clostridium prefringens adalah bakteri gram
positif pembentuk spora yang sering ditemukan dalam usus manusia, tetapi
kadang-kadang juga ditemukan di luar usus manusia (tanah, debu, lingkungan dan
sebagainya).
c) Escherichia coli adalah bakteri gram negatif
berbentuk batang yang tidak membentuk spora dan merupakan flora normal di dalam
usus. E.coli termasuk bakteri komensal yang umumnya bukan patogen penyebab
penyakit namun bilamana jummlahnya melampaui normal maka dapat pula menyebabkan
penyakit. E. coli merupakan salah satu bakteri coliform.
d) Leptospira merupakan bakteri berbentuk spiral
dan lentur yang merupakan penyebab penyakit leptosporosis. Penyakit ini
merupakan penyakit zoonosis atau penyakit hewan yang bisa berpindah ke manusia.
Pada umumnya penyebaran bakteri ini adalah pada saat banjir.
e) Shigella dysentriae adalah basil gram
negatif, tidak bergerak. Bakteri ini menyebabkan penyakit disentri (mejan).
Spesies lain seperti S. sonnei dan S. paradysentriae juga menyebabkan penyakit
disentri (Dwijoseputro, 1976).
f) Vibrio comma adalah bakteri yang
berbentuk agak melengkung, gram negatif dan monotrik. Bakteri ini menyebabkan
penyakit kolera yang endemis di indonesia dan sewaktu-waktu berjangkit serta
memakan banyak korban (Dwijoseputro, 1976).
g) Ascaris penyebab penyakit cacing, dan
banyak contoh-contoh lainnya. Juga didalam air banyak ditemukan mikroba
penghasil toksin (racun) yang sangat berbahaya, seperti:
• Hidup secara
anaerobic seperti Clostridium
• Hidup secara aerobic seperti Pseudomonas,
Salmonella, Staphylococcus, dan sebagainya.
• Toksin juga dihasilkan oleh beberapa jenis
microalgae seperti Anabaena dan Microcystis
h). Kelompok bakteri
besi (contoh, Crenothrix dan Sphaerotilus) yang mampu mengoksidasi senyawa besi
(II) menjadi besi (III). Akibat kehadiran mikroorganisme tersebut, air sering
mengalami perubahan warna kalau disimpan lama yaitu berwarna kehitam-hitaman,
kecoklat-coklatan, dan lain-lain.
i). Kelompok
bakteri belerang (contoh, Chromatium dan Thiobacillus) yang mampu
mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S. Akibatnya kalau air disimpan
lama akan tercium bau busuk.
j). Kelompok
mikroalga (misalnya yang termasuk kelompok mikroalga hijaubiru, biru, dan
kersik), sehingga jika air disimpan lama di dalamnya akan nampak kelompok
mikroorganisme yang berwarna hijau, biru atau kekuningkuningan, tergantung
dominasi mikroalga yang terdapat dalam air serta lingkungan yang
mempengaruhinya. Suatu proses yang sering terjadi di danau atau kolam seluruh
permukaan airnya ditumbuhi oleh pertumbuhan massa alga yang sangat banyak (blooming).
Blooming menyebabkan perairan berwarna, ada endapan, dan bau amis, disebabkan
oleh meningkatnya pertumbuhan mikroalga (Anabaena
flos-aquae dan Microcystis aerugynosa).
Dalam keadaan blooming sering terjadi :
· Ikan mati
disebabkan jenis-jenis mikroalga yang terdapat di dalam air menghasilkan toksin
yang dapat meracuni ikan
· Korosi/pengkaratan
terhadap logam karena di dalam massa mikroalga didapatkan pula bakteri besi
atau belerang penghasil asam yang korosif
· Kekurangan
oksigen karena mikroalga yang menutupi permukaan kolam sehingga menyebabkan
ikan mati
k). Lebih jauh lagi akibat kehadiran kelompok bakteri
dan mikroalga dalam air, dapat mendatangkan kerugian. Kehadiran kelompok
bakteri dan mikroalga tersebut di dalam air, dapat menyebabkan terjadinya
penurunan turbiditas dan hambatan aliran, karena kelompok bakteri besi dan
belerang dapat membentuk serat atau lendir. Akibat lainnya adalah terjadinya
proses korosi (pengkaratan) terhadap benda-benda logam yang berada di dalamnya,
menjadi bau, berubah warna, dan sebagainya.
D.
Penanggulangan dampak
negatif mikroba dalam air
Penanggulangan dampak
negatif mikroba dapat dilakukan dengan tingkatan-tingkatan pengolahan , yaitu :
1.
Pengolahan fisik
Pengolahan fisik atau
yang sering disebut dengan proses filtrasi yaitu suatu tingkat pengolahan yang
bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan
kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar
zat-zat organik yang ada dalam air yang akan diolah.
Filtration atau
Penyaringan
Penyaringan adalah
proses menyaring kembali air yang telah melalui proses sedimentasi dengan
menggunakan media penyaring yang biasa disebut dengan filter. Media yang umum
dipakai adalah pasir dengan ukuran tertentu.
Fungsi dari penyaringan
ini adalah untuk membuang sedikit bintik partikel flok (flok = partikel kecil
diantara butiran pasir) yang belum terendapkan (Sutrisno, 2006, p.57).
Pada prinsipnya proses
yang terjadi dalam penyaringan atau filtrasi adalah :
• Proses pengayakan yaitu pemisahan
partikel yang lebih besar dari celah butir media penyaring.
• Proses pengendapan flok atau partikel
kecil diantara butiran pasir.
• Proses flokulasi (penghilangan flok
dalam air) antar butir pasir.
• Proses biologi
2. Pengolahan
kimia
Yaitu suatu tingkatan
pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk membantu proses pengolahan
selanjutnya. Misalnya dengan pembubuhan kapur dalam proses pelunakan dan
pembubuhan tawas pada proses sedimentasi dan menggunakan kaporit.
Kaporit atau kalsium
hipoklorit adalah senyawa yang berbentuk
padatan putih yang siap didekomposisi di dalam air untuk kemudian melepaskan
oksigen dan klorin. Kalsium hipoklorit biasa digunakan sebagai agen pemutih
atau disinfektan. senyawa ini juga
sering digunakan sebagai pemutih kertas dan tekstil pada industri.
3. Pengolahan bakteriologik
Pengolahan
bakteriologik atau desinfektan yaitu suatu tingkat pengolahan untuk
membunuh/memusnahkan bakteri yang terkandung dalam air minum yakni dengan cara:
·
membubuhkan kaporit
(zat desinfektan) atau melalui penyinaran ultraviolet.
·
Memanaskan atau memasak
air
·
Pasteurisasi atau
pemanasan untuk air yang akan dikonsumsi pada suhu / temperatur 55ºC - 60ºC
selama sepuluh menit akan mematikan sebagian besar patogen atau kuman penyakit
yang ada/terkandung di dalam air. Cara yang lebih efektif adalah memasak atau
merebus air yang akan kita konsumsi hingga mendidih. Cara ini sangat efektif
untuk mematikan semua patogen yang ada dalam air seperti virus, bakteri, spora,
fungi dan protozoa. Lama waktu air mendidih yang dibutuhkan adalah berkisar 5
menit, namun lebih lama lagi waktunya akan lebih baik, direkomendasikan selama
20 menit.
Walaupun mudah dan
sering kita gunakan, kendala utama dalam memasak air hingga mendidih ini adalah
bahan bakar, baik itu kayu bakar, briket batubara, minyak tanah, gas elpiji
ataupun bahan bakar lainnya.
·
. Radiasi dan Pemanasan
Dengan Menggunakan Sinar Matahari
Proses radiasi ultra
violetdan pemanasan air dengan menggunakan sinar matahari ini dapat dilakukan
dengan bantuan wadah logam ataupun botol transparan. Botol transparan yang
digunakan umumnya adalah botol plastik. Botol kaca dapat digunakan tetapi
memiliki kelemahan mudah pecah, lebih berat dan membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk pemanasan. Oleh karena itu gunakanllah botol kaca yang dapat
ditembus oleh sinar ultra violet.
Untuk mengantisipasi
bahaya dari pemakaian plastik, sebaiknya gunakan botol plastik dengan nomor
logo daur ulang 1 atau PETE/PET (polyethylene terephthalate), atau lebih baik
lagi bila anda memiliki botol bernomor 5 atau PP (polypropylene). Keterangan
lebih lanjut mengenai jenis plastik tersebut dapat anda lihat padanomor jenis
plastik daur ulang.
KESIMPULAN
1. Mikroorganisme
yang hidup diair adalah
Cyanophyta,Cyanophyta pada Perairan Dalam,Cyanophyta pada Danau
Bergaram,Cyanophyta Laut,Bakteri Laut,Bakteri,Bakteri pada Perairan
Dalam,Bakteri pada Danau Bergaram,Fungi/Jamur
2. Peranan
penting mikroorganisme dalam kehidupan yaitu yng menguntungkan dan merugikan.
3. Cara
penanggulangan dampak negatif mikroba air yang merugikan adalah dengan merebus,
sedimentasi, penyeringan dan kaporit.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwidjoseputro.
1976. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Fardiaz
(1993), Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobioloogi Pangan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Gleick,
1996, Buku Panduan PE Kualitas Air Minum. 1990. Van Nostrand Reinhold, NY.
Purnomo,
Hari. 1995. Aktivitas Air dan Perannya dalam Pengawetan Pangan.Jakarta:
Universitas Indonesia.