Senin, 03 Februari 2014

Mikrobiologi Air





PEMBAHASAN
A.    Definisi Mikrobiologi Air
Mikrobiologi adalah study tentang mikroorganisme yang uniseluler atau sel cluster organisme mikroskopis. Oleh karena itu mikrobiologi air mengacu pada study tentang mikroorganisme yang hidup di air, atau pendatang dari suatu habitat lain.
B.     Mikroorganisme penyusun lingkungan akuatik (air)
Seperti umumnya di dalam habitat atau tempat hidup lainnya, kelompok yang didapatkan hidup di air terdiri dari bakteri, fungi, mikroalga, virus dan protozoa. Kelompok-kelompok tersebut kehadirannya dalam air ada yang mendatangkan keuntungan, tetapi juga banyak yang mendatangkan kerugian. Secara umum mikroorganisme yang terdapat di air adalah:
1.      Bakteri
     Jenis komposisi habitat bakteri akuatik tidak hanya tergantung pada zat organik dan zat anorganik, pH, turbiditas dan temperatur, tetapi juga sumber asal mikroorganisme yang masuk ke air. Kebanyakan bakteri akuatik adalah heterotropik, yakni hidup dengan menggunakan zat organik. Secara morfologis bakteri akuatik mempunyai bentuk yang hampir sama dengan tipe bentuk dasar bakteri yang terdapat di darat. Kebanyakan bakteri akuatik adalah motil dengan flagella. Fimbriae juga ditemukan sebagai tambahan flagella. Mereka berkoloni memebentuk bentukan koloni seperti bintang, fimbriae atau pili secara umum lebih tipis daripada flagella.
a.    Bakteri pada Perairan Dalam
Bakteri flora pada permukaan perairan lebih banyak dan bervariasi daripada perairan subterania. Komposisi bakterinya tergantung dari siplai nutrisi-nutrisi dalam air. Pada air mengalir dengan nutrisi yang miskin, bakteri gram negatif berbentuk batang nonspora lebih dominan dan juga terdapat bakteri seperti Hyphomicrobium, Caulobacter, Gallionella serta Pseudomonas.
Sungai-sungai membawa banyak limbah dengan banyak bakteri. Contohnya bakteri Escerichia coli yang dinamakan strain koliform dan Salmonella patogenik sebagai penyebab demam tifoid. Limbah sungai juga mengandung bakteri Proteus vulgaris dan Clostridia. Bakteri Desulphovibrio desufuricans yang mampu mereduksi sulfat juga sering ditemukan. Bakteri yang berada dalam danau seperti genus dari Achromobacter, Flavobacterium, Brevibacterium, Vibrio, Spirillum, Micrococcus, Sarcina, Bacillus, Pseudomonas, Nocardia, Streptomyces, Micromonospora dan Cytophaga. Jumlah genus yang lain tergantung tipe danau dan kondisi setempat.
Pada danau eutropik terdapat secara melimpah bakteri sulfur nonpigmen, misalnya Thiospira, Thiothrix dan Thioploch serta bakteri yang mengoksidasi metana seperti Pseudomonas methanica. Bakteri khemoototrof juga terdapat dalam danau, misalnya bakteri Nitrosomonas europea, Nitrobacter winogradskyi, Thiobacillus, dan bakteri besi. Bagian penting dalam danau eutropik adalah bakteri fototootrof. Bakteri-bakteri tersebut adalah kelompok bakteri yang sedikit menerima cahaya. Berikut merupakan gambar dari bakteri perairan dalam.
b.      Bakteri pada Danau Bergaram
Pada dekade tahun terakhir telah ditemukan bakteri yang dapat hidup di danau besar bergaram di Utah (Amerika Serikat) dan Laut Mati, yaitu terdapat air yang mengandung kadar garam sangat tinggi. Mayoritas bakteri yang hidup di danau bergaram dengan kadar garam yang tinggi yaitu bakteri halofilik. Kebanyakan organisme halofilik ekstrim dapat berkembang secara optimal dengan kadar garam 20-30%. Mereka mempunyai pigmen merah, contohnya adalah Halobacterium dan Halococcus. Genus bakteri Halobacterium memiliki kemampuan tumbuh dengan kadar garam di atas 12%.
Di samping bakteri Halobacterium, Larsen (1962) dalam Rheinheimer, 1980 mengelompokkan bakteri halofilik yang ekstrim pada organisme yang berbentuk kokoid. Berbagai strain Halococcus morrhuae telah diisolasi dari Laut Mati. Organisme tersebut menunjukkan pigmentasi warna merah. Mereka dapat tumbuh paling baik pada konsentrasi garam 20-25% dan tidak dapat hidup dengan konsentrasi garam di bawah 10%. Selain itu pada danau bergaram juga terdapat bakteri halofilik moderat dengan kadar garam optimum 5-20%. Chromobacterium maris-mortui dapat tumbuh dengan kadar garam optimum 12%. Pada danau yang mengandung hydrogen sulfida yang berkembang dalam jumlah besar terdapat bakteri hijau dan ungu, misalnya Chlorobium, Pelodictyon, Prosthecocholoris, Chromatium, Ectothiorhodospira, dan Thiocapsa.Berikut merupakan gambar dari bakeri pada danau bergaram.
c.       Bakteri Laut
Laut memiliki konsentrasi garam rata-rata 3,5% yang merupakan konsentrasi optimal bagi kebanyakan bakteri-bakteri di laut. Kebanyakan bakteri laut bersifat anaerob fakultatif, tetapi dapat tumbuh lebih baik dengan adanya oksigen. Beberapa bakteri laut dapat tumbuh pada temperatur rendah antara 0-40C dan temperatur optimalnya 18-220C. Sebagian besar bakteri laut bersifat gram negatif, berflagella, batang tak berspora. pada umumnya bakteri yang berhabitat di laut antara lain Pseudomonas, Vibrio, Spirillum, Achromobacter dan Flavobacterium.
Pada beberapa tempat di laut tersebar bakteri luminesensi yang menarik. Bakteri ini memiliki kemampuan dalam mentransfer energi kimia ke dalam energi cahaya dan menghasilkan cahaya kehijauan yang terang/cerah. Beberapa bakteri luminisensi digolongkan menjadi dua, yaitu genus Photobacterium dan genus Vibrio. Disamping bakteri heterotrofik, bakteri fototropik dan bakteri kemototrofik juga terdapat di laut. Organisme fototropik ada apabila terdapat hidrogen sulfida dan cahaya untuk proses fotosintesis. Bakteri kemototrofik dapat ditemukan di air teluk terutama pada laut terbuka. Spesies pengoksidasi sulfur, yakni Thiobacillus merupakan bakteri yang berhabitat di laut yang menghasilkan hidrogen sulfida, misalnya pada air pantai yang tercemar. Bakteri nitrit (yang mengoksidasi ammonia menjadi nitrit atau mengoksidasi nitrit menjadi nitrat) terdapat di Laut Utara dan Lautan Atlantik. Bakteri pertama yang ditemukan adalah bakteri Nitrosocystis oceanus yang terdapat pada kedalaman yang bervariasi pada Lautan Atlantik. Bakteri besi dan bakteri mangan (yang mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+  dan mengoksidasi Mn2+ menjadi Mn3+  juga didapatkan pada habitat laut. Berikut merupakan gambar dari bakteri pada laut.
2.     Cyanophyta
Cyanophyta atau alga hijau biru adalah termasuk prokariot, dan istilah yang lain adalah Cyanobacteria. Mempunyai membrane plastid dan mitokondria, berpigmen klorofil a, β-karoten dan fikobilin yang berfungsi untuk pigmen fotosintesis. Beberapa spesies memiliki ciri khas warna hijau biru yang dinamakan fikosianin. Beberapa yang lain memiliki pigmen hijau kekuningan dan warna merah yang dinamakan fikoerithrin. Morfologi Cyanophyta bermacam-macam. Bentuknya ada yang sferis, telur, koloni seperti pita yang terjadi atau terdiri dari sel yang lebih banyak atau lebih sedikit sekitar selubungnya. Cyanophyta memainkan peran penting dalam kehidupan di permukaan air. Ada yang hidup bebas dan ada bentuk yang tidak bebas, yang dapat tersebar pada permukaan tumbuhan dan hewan air sebagai substratnya. Beberapa spesies tumbuh dengan bersimbiosis dengan tumbuhan dan hewan tingkat rendah.
a.          Cyanophyta pada Perairan Dalam
Perairan dalam merupakan habitat utama Cyanophyta dan memainkan peran sebagai bagian bagian transformasi materi. Keberadaan alga di sungai mengikuti aliran air. Pada air yang mengalir deras terdapat antara lain Pleurocapsa, Hidrococcus dan Chamaesiphon dan berada pada permukaan batu. Pada air pegunungan didapatkan bentukan Rvularia haematites. Nostoc verrucosum juga dapat tumbuh pada aliran air yang deras. Pada sungai besar, keberadaan plankton lebih dominan, misalnya Aphanizomenon flosaquae. Beberapa ratus spesies Cyanophyta diketahui terdapat di danau. Mereka meliputi Cyanophyta Chroococcal dan Hormogonal. Berikut gambar cyanophyta di perairan dalam.
b.         Cyanophyta pada Danau Bergaram
Beberapa spesies Cyanophyta relatif toleransi terhadap kadar garam tinggi. Misalkan yang ditemukan di Laut Kaspia. Diantara spesies yang menyebabkan blooming plankton adalah Aphanizomenon flos-aquae, genus Aphanothece, Coelospaherium, Chroococcus, Gomphosphaeria, Anabaena dan Oscillatoria. Berikut merupakan gambar cyanophyta danau bergaram.
c.          Cyanophyta Laut
Pada habitat laut, Cyanophyta tidak memainkan peran yang penting seperti halnya pada danau perairan dalam, terkecuali di daerah Artik dan Antartika. Trichodesmium berkembang baik pada perairan tropis. Genus ini yang berbentuk filamen dapat menyebabkan blooming plankton. Berikut merupakan gambar dari chyanophyta laut.

3.      Fungi/Jamur
Jamur merupakan organisme heterotrofik, yang tergantung terhadap kehadiran senyawa-senyawa organik. Bentuk-bentuk saprofitik dalam air yang ditemukan seperti halnya parasit yang menyerang sebagian besar tanaman air dan binatang air. Ada jamur yang hanya mampu sebagai saprofitik atau sebagai parasititik, tetapi ada juga yang bertindak sebagai parasit fakultatif, dimana mereka mendapatkan makanan dari bahan-bahan yang telah mati atau hidup parasit pada organisme lain. Ada juga fungi yang mampu dengan mekanisme yang canggih memangsa Protozoa, Rotatoria atau Nematoda. Fungi yang demikian dinamakan predator.
Kebanyakan fungi akuatik memerlukan oksigen bebas. Beberapa fungi dapat tumbuh pada pH 3,2 – 9,6; misalkan Achlya racemosa dan Saprolegnia manoica. Fungi lebih banyak memiliki variasi morfologis dibandingkan bakteri dan mempunyai sel yang lebih besar. Fungi tingkat rendah akuatik bersifat uniseluler, pada bentukan yang lebih tinggi mampu menghasilkan miselium. Kehidupan fungi berkoloni atau hidup pada bahan-bahan yang telah mati. Fungi tingkat tinggi yang sebagian besar diwakili oleh Ascomycetes juga didapatkan pada air, sedangkan Basidiomycetes memainkan peran yang kecil pada habitat akuatik.
a.          Fungi pada Perairan Tawar
Mikroflora fungi pada air subteranea tidak begitu memainkan peran yang penting. Dalam air bersih fungi hampir tidak didapatkan, karena kekurangan nutrien. Tetapi fungi dapat berada dalam  sumber air bersih dan sungai. Beberapa koloni dapat tumbuh dengan nutrien yang sedikit atau pada aliran air eutrofik. Sejumlah Phycomycetes parasitik dalam air tidak hanya menyerang alga dan binatang-binatang kecil, tetapi juga menyerang telur dan larva Crustacea dan ikan.
Pycomycetes merupakan mikroflora penting dalam danau. Kelompok ini yang dominan adalah adalah Chytridiales dan Saprolegniales yang bertindak sebagai spesies parasitik dan saprofitik. Anggota genus Leptolegnia, Achlya, dan Aphanomyces juga sering dijumpai di danau.
b.          Fungi pada Danau Bergaram
Sejumlah fungi yang diketahui terdapat di laut juga terdapat di danau bergaram dengan konsentrasi garam yang rendah. Anastaciou, 1963 dalam Rheiheimer, 1980 menemukan Ascomycetes di Laut Salton, California. Rhizopidium halophilum tumbuh pada habitat perairan bergaram atau pada sebuah teluk.
c.          Fungi Laut
Organisme dari genus Olpidium, Rozella, Chytridium, Rhizophydium, Sirolpidium dan Ectrogella yang berperan sebagai parasit di laut. Ada sekitar 91 spesies yang didapatkan di laut. Basidiomycetes yang berada dalam laut antara lain Nia vibrissa, Diditatispora marina dan Melanotaenium ruppiae.

C.     Peran Mikroorganisme dalam Lingkungan Akuatik
Peran mikroorganisme sangat penting dalam siklus kehidupan air. Kontribusi mikroorganisme ini mampu menguraikan bahan-bahan organik dan mempercepat kemungkinan kembalinya unsur-unsur anorganik penting ke dalam siklus zat organik baru. Menurut suriawiria (1985), kehadiran mikroba di dalam air, mungkin akan mendatangkan keuntungan tetapi juga mungkin mendatangkan kerugian.
1.      Mendatangkan keuntungan
a.    Banyak plankton, baik yang terdiri dari plankton-tumbuhan (fitoplankton) ataupun plankton-hewan (zooplankton), merupakan makanan utama ikan-ikan kecil. Sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan kolam ikan misalnya, untuk perikanan. Ini misalnya untuk jenis-jenis microalgae yaitu Chlorella, Scenedesmus, Hydrodiction, Pinnularia, Sinedra, dan sebagainya.
b.    Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad decomposer. Artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai atau merombak senyawa yang berada (masuk) ke dalam badan air. Sehingga kehadirannya telah dimanfaatkan di dalam rangka pengolahan buangan di dalam air secara biologis.
c.    Pada umumnya microalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan proses fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis tersubut akan menambah jumlah (kadar) oksigen di dalamnya, sehingga nilai kelarutan oksigen (umumnya disebut DO atau dissolved oxygen) akan naik atau bertambah.
d.   Kehadiran hasil uraian senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi, ternyata digunakan atau dimanfaatkan oleh jasad-jasad lain, antara lain oleh microalgae, oleh bakteri atau fungi sendiri. Sehingga dalam masalah ini jasad-jasad pengguna tersebut dinamakan consumer atau jasad pemakai. Tanpa adanya jasad pemakai, kemungkinan besar penimbunan (akumulasi) hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhdap jasad lain, khususnya ikan.
e.    Penggunaan Bakteri dalam Menguraikan Detergen
Alkil benzil sulfonat (ABS) adalah komponen detergen, yang merupakan zat aktif yang dapat menurunkan tegangan muka sehingga dapat digunkan sebagai pembersih. ABS mempunyai Na-sulfonat polar dan ujung alkil non-polar. Pada proses pencucian, ujung polar ini menghadap ke kotoran (lemak) dan ujung polarnya menghadap ke luar (ke-air). Bagian alkil dari ABS ada yang linier dan non-linier (bercabang). Bagian yang bercabang ABS-nya lebih kuat dan berbusa, tetapi lebih sukar terurai sehingga menyebabkan badan air berbuih. Sulitnya peruraian ini disebabkan karena atom C tersier memblokir beta-oksidasi pada alkil. Hal ini dapat dihindari apabila ABS mempunyai alkil yang linier. Namun ada beberapa bakteri yang dapat menguraikan ABS meskipun memakan waktu yang cukup lama. Bakteri pengurai deterjen antara lain Basilus subtilus, Vibrio coma, Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia coli
2.      Mikroorganisme yang merugikan
            Yang paling dikhawatirkan adalah kalau di dalam badan air terdapat jasad-jasad mikro penyebab penyakit, seperti:
a)   Salmonella penyebab penyakit tifus adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora namun bersifat patogen, baik pada manusia ataupun hewan. Dapat menyebabkan demam typhoid (typoid fever). Sebenarnya penyakit demam typoid dapat dipindahkan dengan perantara makanan yang terkontaminasi dan dengan kontak langsung dengan si penderita. Namun yang paling umum sebagai fakta penyebab adalah air. Air dapat terkontaminasi oleh bakteri ini karena kesalahan metode pemurnian air atau kontaminasi silang (Cros contaminant) antara pipa air dengan saluran air limbah (Tarigan, 1988).
b)   Clostridium prefringens adalah bakteri gram positif pembentuk spora yang sering ditemukan dalam usus manusia, tetapi kadang-kadang juga ditemukan di luar usus manusia (tanah, debu, lingkungan dan sebagainya).
c)   Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora dan merupakan flora normal di dalam usus. E.coli termasuk bakteri komensal yang umumnya bukan patogen penyebab penyakit namun bilamana jummlahnya melampaui normal maka dapat pula menyebabkan penyakit. E. coli merupakan salah satu bakteri coliform.
d)  Leptospira merupakan bakteri berbentuk spiral dan lentur yang merupakan penyebab penyakit leptosporosis. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis atau penyakit hewan yang bisa berpindah ke manusia. Pada umumnya penyebaran bakteri ini adalah pada saat banjir.
e)      Shigella dysentriae adalah basil gram negatif, tidak bergerak. Bakteri ini menyebabkan penyakit disentri (mejan). Spesies lain seperti S. sonnei dan S. paradysentriae juga menyebabkan penyakit disentri (Dwijoseputro, 1976).
f)       Vibrio comma adalah bakteri yang berbentuk agak melengkung, gram negatif dan monotrik. Bakteri ini menyebabkan penyakit kolera yang endemis di indonesia dan sewaktu-waktu berjangkit serta memakan banyak korban (Dwijoseputro, 1976).
g)      Ascaris penyebab penyakit cacing, dan banyak contoh-contoh lainnya. Juga didalam air banyak ditemukan mikroba penghasil toksin (racun) yang sangat berbahaya, seperti:
  Hidup secara  anaerobic seperti Clostridium
  Hidup secara aerobic seperti Pseudomonas, Salmonella, Staphylococcus, dan sebagainya.
  Toksin juga dihasilkan oleh beberapa jenis microalgae seperti Anabaena dan Microcystis
h). Kelompok bakteri besi (contoh, Crenothrix dan Sphaerotilus) yang mampu mengoksidasi senyawa besi (II) menjadi besi (III). Akibat kehadiran mikroorganisme tersebut, air sering mengalami perubahan warna kalau disimpan lama yaitu berwarna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan, dan lain-lain.
i). Kelompok bakteri belerang (contoh, Chromatium dan Thiobacillus) yang mampu mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S. Akibatnya kalau air disimpan lama akan tercium bau busuk.


j). Kelompok mikroalga (misalnya yang termasuk kelompok mikroalga hijaubiru, biru, dan kersik), sehingga jika air disimpan lama di dalamnya akan nampak kelompok mikroorganisme yang berwarna hijau, biru atau kekuningkuningan, tergantung dominasi mikroalga yang terdapat dalam air serta lingkungan yang mempengaruhinya. Suatu proses yang sering terjadi di danau atau kolam seluruh permukaan airnya ditumbuhi oleh pertumbuhan massa alga yang sangat banyak (blooming). Blooming menyebabkan perairan berwarna, ada endapan, dan bau amis, disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan mikroalga (Anabaena flos-aquae dan Microcystis aerugynosa). Dalam keadaan blooming sering terjadi :
·      Ikan mati disebabkan jenis-jenis mikroalga yang terdapat di dalam air menghasilkan toksin yang dapat meracuni ikan
·      Korosi/pengkaratan terhadap logam karena di dalam massa mikroalga didapatkan pula bakteri besi atau belerang penghasil asam yang korosif
·      Kekurangan oksigen karena mikroalga yang menutupi permukaan kolam sehingga menyebabkan ikan mati
k). Lebih jauh lagi akibat kehadiran kelompok bakteri dan mikroalga dalam air, dapat mendatangkan kerugian. Kehadiran kelompok bakteri dan mikroalga tersebut di dalam air, dapat menyebabkan terjadinya penurunan turbiditas dan hambatan aliran, karena kelompok bakteri besi dan belerang dapat membentuk serat atau lendir. Akibat lainnya adalah terjadinya proses korosi (pengkaratan) terhadap benda-benda logam yang berada di dalamnya, menjadi bau, berubah warna, dan sebagainya.

D.    Penanggulangan dampak negatif mikroba dalam air
Penanggulangan dampak negatif mikroba dapat dilakukan dengan tingkatan-tingkatan pengolahan , yaitu :
1.         Pengolahan fisik
Pengolahan fisik atau yang sering disebut dengan proses filtrasi yaitu suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk  mengurangi/menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam air yang akan diolah.
Filtration atau Penyaringan
Penyaringan adalah proses menyaring kembali air yang telah melalui proses sedimentasi dengan menggunakan media penyaring yang biasa disebut dengan filter. Media yang umum dipakai adalah pasir dengan ukuran tertentu.
Fungsi dari penyaringan ini adalah untuk membuang sedikit bintik partikel flok (flok = partikel kecil diantara butiran pasir) yang belum terendapkan (Sutrisno, 2006, p.57).
Pada prinsipnya proses yang terjadi dalam penyaringan atau filtrasi adalah :
           Proses pengayakan yaitu pemisahan partikel yang lebih besar dari celah butir media penyaring.
           Proses pengendapan flok atau partikel kecil diantara butiran pasir.
           Proses flokulasi (penghilangan flok dalam air) antar butir pasir.
           Proses biologi

2.      Pengolahan kimia
Yaitu suatu tingkatan pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya. Misalnya dengan pembubuhan kapur dalam proses pelunakan dan pembubuhan tawas pada proses sedimentasi dan menggunakan kaporit.
Kaporit atau kalsium hipoklorit adalah senyawa  yang berbentuk padatan putih yang siap didekomposisi di dalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan klorin. Kalsium hipoklorit biasa digunakan sebagai agen pemutih atau disinfektan. senyawa  ini juga sering digunakan sebagai pemutih kertas dan tekstil pada industri.
3.       Pengolahan bakteriologik
Pengolahan bakteriologik atau desinfektan yaitu suatu tingkat pengolahan untuk membunuh/memusnahkan bakteri yang terkandung dalam air minum yakni dengan cara:
·         membubuhkan kaporit (zat desinfektan) atau melalui penyinaran ultraviolet.
·         Memanaskan atau memasak air
·         Pasteurisasi atau pemanasan untuk air yang akan dikonsumsi pada suhu / temperatur 55ºC - 60ºC selama sepuluh menit akan mematikan sebagian besar patogen atau kuman penyakit yang ada/terkandung di dalam air. Cara yang lebih efektif adalah memasak atau merebus air yang akan kita konsumsi hingga mendidih. Cara ini sangat efektif untuk mematikan semua patogen yang ada dalam air seperti virus, bakteri, spora, fungi dan protozoa. Lama waktu air mendidih yang dibutuhkan adalah berkisar 5 menit, namun lebih lama lagi waktunya akan lebih baik, direkomendasikan selama 20 menit.
Walaupun mudah dan sering kita gunakan, kendala utama dalam memasak air hingga mendidih ini adalah bahan bakar, baik itu kayu bakar, briket batubara, minyak tanah, gas elpiji ataupun bahan bakar lainnya.
·         . Radiasi dan Pemanasan Dengan Menggunakan Sinar Matahari
Proses radiasi ultra violetdan pemanasan air dengan menggunakan sinar matahari ini dapat dilakukan dengan bantuan wadah logam ataupun botol transparan. Botol transparan yang digunakan umumnya adalah botol plastik. Botol kaca dapat digunakan tetapi memiliki kelemahan mudah pecah, lebih berat dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemanasan. Oleh karena itu gunakanllah botol kaca yang dapat ditembus oleh sinar ultra violet.
Untuk mengantisipasi bahaya dari pemakaian plastik, sebaiknya gunakan botol plastik dengan nomor logo daur ulang 1 atau PETE/PET (polyethylene terephthalate), atau lebih baik lagi bila anda memiliki botol bernomor 5 atau PP (polypropylene). Keterangan lebih lanjut mengenai jenis plastik tersebut dapat anda lihat padanomor jenis plastik daur ulang.


KESIMPULAN


1.      Mikroorganisme yang hidup diair adalah  Cyanophyta,Cyanophyta pada Perairan Dalam,Cyanophyta pada Danau Bergaram,Cyanophyta Laut,Bakteri Laut,Bakteri,Bakteri pada Perairan Dalam,Bakteri pada Danau Bergaram,Fungi/Jamur
2.      Peranan penting mikroorganisme dalam kehidupan yaitu yng menguntungkan dan merugikan.
3.      Cara penanggulangan dampak negatif mikroba air yang merugikan adalah dengan merebus, sedimentasi, penyeringan dan kaporit.


DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1976. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Fardiaz (1993), Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobioloogi Pangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Gleick, 1996, Buku Panduan PE Kualitas Air Minum. 1990. Van Nostrand Reinhold, NY.
Purnomo, Hari. 1995. Aktivitas Air dan Perannya dalam Pengawetan Pangan.Jakarta: Universitas Indonesia.