Jumat, 17 Januari 2014

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA PERSILANGAN GEN TERPAUT SEKS PADA DROSOPHILA


I.                   Tujuan

1.      Mengetahui rangkaian kelamin pada lalat Drosophila melanogaster
2.      Membuktikan kebenaran Hukum T.H Morgan Pada lalat Drosophila melanogaster
3.      Membuktikan terpaut seks pada kromosom  x pada lalat jantan dan lalat betina
4.      Menghitung dan menganalisis dengan menggunakan table Chi-kuadrat
5.      Melihat ratio fenotipe yang akan dihasilkan dari penyilangan antar individu yang memiliki gen terpaut seks


II.                Tinjauan Pustaka

Dalam setiap individu memiliki dua macam kromosom, yaitu autosom dan gonosom (seks kromosom). Setiap individu ini ada yang berjenis kelamin jantan dan  kelamin betina yang  mempunyai autosom yang sama , maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya tanpa membedakan jenis  seks (kelamin). Contohnya sifat keturunan pada jari yang lebih, warna mata, warna rambut dan bentuk rambut dan albino yang dapat diwariskan dari orang tua , tetapi keturunan F1 maupun F2 tidak pernah disebut jenis kelamin. (Ir. Suryo; 1990; 202 )
Selain gen-gen autosomal yang demikian itu, dikenal pula gen yang terdapat di dalam kromosom kelamin. Peristiwa rangkaian kelamin “ Sek Linkage”  . Sedangkan gen-gen yang terdapat pada pada tangkai kromosom kelamin dinamakan gen terangkai kelamin   “Seks-Linked genes “. Berhubungan dengan itu dapat dibedakan atas gen yang terangkai_X , “X-linked gane “adalah gen yang terangkai pada kromosom_X dan gen yang terangkai_Y “ Y-linked gane “ yang terangkai pada kromosom_Y.(Ir. suryo ; 1990; 202)
Adanya rangkaian dari jenis kelamin yang ditemukan pada tahun 1901 oleh T.H Morgan yang memulai eksperimen atau penelitian di Columbia University lalu melanjutkan di Institut Teknologi Kalifornia. T.H Morgan dalam melakukan percobaan menggunakan lalat buah yaitu Drosophila melanogaster dengan mengawinkan lalat yang bermata putih (ww) dengan yang bermata merah (WW). Keturunan F1 disilangkan sesamanya maka diperoleh keturunan F2 : 75 % bermata merah dan 25 % bermata putih. Berdasarkan hasil eksperimennya Morgan menyusun hipotesis “Faktor mata merah dominan terhadap mata putih, Gen yang bertanggung jawab atas warna mata terkandung didalam kromosom X,sedangkakan kromosom Y tidak bertanggung jawab atas warna mata “.
Hasil persilangan gen terpaut sex sangat bergantung pada fenotipnya pada setiap jenis kelamin berparental. Hal ini disebabkan karena hewan betina memiliki kromosom homolog atau dua kromosom-X, sedangkan pada hewan berkelamin jantan memiliki 1 kromosom-X. hasil percobaan persilangan dengan mutan jantan akan berbeda hasilnya dengan menggunakan mutan betina. Adapun kemungkinan persilangan dengan hasilnya sebagai berikut :
A.    Persilangan dengan gen resesif
1.      Apabila  betina  yang berrmutan disilangkan dengan jantan yang normal maka akan dihasilkan F1 adalah betina yang normal dan jantan yang mutan. Untuk keturunan selanjutnya diperoleh jantan maupun betina 50% mutan dan 50% normal.
2.      Jika mutan yang jantan disilangkan dengan betina yang normal maka diperoleh F1 semuanya normal. Pada keturunan selanjutnya diperoleh semua betina yang normal, sedangkan jantan yang normal dan mutan berbanding 50 : 50.
Lebih dari 150 sifat keturunan yang sebagian besar ditentukan oleh gen-gen terangkai_X dikenal pada manusia disebabkan oleh gen resesip. beberapa diantaranya sebagai berikut :
a.       Buta warna merah-hijau
Kita dapat melihat beragam warna karena kepekaan sel kerucut yang ada di dalam retina terhadap warna-warna yang ada dilingkungan kita ini. Sekian banyak warna dapat kita lihat karena adanya kombinasi dari tiga sel kerucut yang ada di dalam retina. Ketiga sel itu yaitu : sel kerucut merah, sel kerucut biru dan sel kerucut hijau. Buta warna akan terjadi jika sel-sel kerucut ini tidak berfungsi dengan baik.
Buta warna pada umumnya dikelompokan menjadi dua yaitu : buta warna parsial dan buta warna total. Pada penderita buta warna total, dunia yang dapat ia lihat hanya berwarna hitam dan putih saja. Sedangkan pada buta warna parsial hanya beberapa warna saja yang tidak dapat dilihat tergantung dengan jenis sel kerucut yang hilang atau yang rusak. Kejadian yang sering terjadi pada kehidupan adalah hilangannya sel kerucut merah (protanopi) dan sel kerucut hijau (deuteranopi). Penyakit ini biasanya terjadi secara bersamaan sehingga disebut buta warna merah-hijau. Buta warna ini merupakan penyakit genetik yang sering terjadi pada seorang pria, akan tetapi sifat ini diturunkan melalui wanita yang buta warna maupun carier (pembawa). Artinya, gen-gen pada kromosom X ini, wanitalah yang menurunkan pada anak laki-lakinya. Buta warna pada wanita jarang terjadi malah hamper tidak pernah terjadi dibandingkan dengan pria, karena paling sedikit satu dari kedua kromosom X-nya akan memiliki gen normal pada setiap jenis sel kerucut. Akan tetapi beda dengan laki-laki, kromosom X yang dimiliki hanya satu, sehingga gen yang hilang akan menyebabkan buta warna.
Kromosom X yang dimiliki pada laki-laki selalu diturunkan dari ibu dan tidak pernah diturunkan dari ayah, hal ini dikarenakan setiap parental atau induk akan menyumbangkan 1 alel, karena pria telah menyumbangkan kromosom Y sehingga mau tidak mau kromosom X harus mendapatkan sumbangan dari seorang ibu, maka buta warna diturunkan dari seorang ibu ke anak laki-lakinya, dan ibu tersebut dikenal sebagai pembawa buta warna(carier), hal ini merupakan kasus yang terjadi pada sekitar 8 % dari seluruh wanita di dunia. Orang yang tidak mampu membedakan warna merah dan hijau disebut dengan buta warna merah hijau. Gen resesiflah yang mengendalikan buta warna ini. Gen pada buta warna ini terpaut dalam kromosom X. jika buta warna dilambankan dengan bw sedangkan normal dilambangkan dengan Bw,   Dalam hal ini dapat terjadi kemungkinan  Terdapat 5 genotipe sebagai berikut:
1.          XBw XBw : wanita normal
2.          XbwXbw  : wanita buta warna
3.          XBw Xbw : wanita pembawa buta warna/karier
4.          XBw Y    : pria normal
XbwY      : pria buta warna
b.      Hemofilia
Kelainan dimana darah sukar ataupun tidak dapat membeku bila terjadi luka disebut sebagai hemofilia. Penderita dapat meninggal karena luka kecil sedikitpun seperti tersayat pisau. Karena luka yang kecil itu dapat menjadi pendarahan yang terus-menerus. Sifat hemofilia ini termasuk dalam gen resesif dan terpaut dalam kromosom X (Genyang). Jika gen ini bertemu antara kedua gen resesif maka dapat menimbulkan kematian bagi penderitanya (lethal). Pada seorang anak perumpuan akan mati jika ia akan menginjak dewasa karena pada saat ia menstruasi drah tersebut tidak akan berhenti dan akhirnya anak tersebut kehilangan banyak darah dan meninggal. Beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada persilangan ini susunan genotype sebagai berikut:
1.          XH XH  : wanita normal
2.        Xh Xh : wanita hemophilia bersifat letal(anak ini hanya bias hidup sebelum mengalami     menstruasi)
3.          XH Xh  : wanita pembawa/karier
4.          XH Y   : pria normal
5.          Xh Y    : pria hemophilia.

c.       Sindrom Lesch-Nyhan
Pennyakit ini timbul akibat pembentukan purin yang berlebihan,terutama basa guanine. karena penderita penyakit ini  tidak mampu membentuk enzim hipoxantin-guanin phosphoribosil transerase (HGPRT) yang di ikuti dengan bertambah aktipnya enzim serupa ialah adenine phosphoribosil transferase (APRT). Sebagai hasil dari metabolism purin yang abnormal ini. Pasien memperlihatkan tabiat yang abnormal seperti misalnya kejang otot yang tidak disadari serta menggeliatnya anggota kaki dan jari tangan.
d.      Hidrosefali terangkai-X
Hidrosefali adalah suatu penyakit yang ditandai dengan besarnya kepala karena ada penimbunan cairan cerebrospinal di dalam ruang otak. Sesungguhnya cairan cerebrospinal di dalam ruang otak. Sesungguhnya ada 9 penyakit keturunan yang menunjukan hidrosefali, akan tetapi hanya ada satu inilah yang disebabkan oleh gen kroomosom X . Dengan menggumpal cairan cerebrospinal terjadilah tekanan yang mengakibatkan gangguan mental, kehilangan kemampuan bergerak dan kerapkali penderita cepat meninggal dunia. Penyebab adalah gen resesip teangkai X.
(ir. Suryo; 1990; 202)
B.     Persilangan dengan gen dominan
1.      Apabila menggunakan mutan yang betina, maka semua F1 nya memiliki fenotip induk betina. Pada keturunan berikutnya diperoleh semua betina yang  mutan, sedangkan jantanya memiliki perbandingan mutan dan normal adalah 50 : 50.
2.      Apabila menggunakan mutan jantan, maka semua keturunan F1 betina mutan, sedangkan jantanya normal. Pada keturunan selanjutnya baik jantan maupun betina memiliki perbandingan mutan dan normal sebesar 50 : 50.
Contoh gen dominan “ Gigi coklat dan mudah rusak karena kurang email. Kelainan ini desebabkan oleh gen dominan B yang terdapat dalam kromosom_X. Alelnya resesip b menentukan gigi normal. Jika seorang laki-laki berrgigi coklat menikah dengan orang perempuan bergigi normal, maka semua anaknya perempuan bergigi normal. Disini pun Nampak sifat sifat khas dari pewarisan gen yang terdapat dalam kromosom_X, yaitu cara pewarisan gen bersilang ( Criss-cross inheritance).( ir.Suryo; 1990; 202)








III.             Alat Bahan dan Cara Kerja
Peralatan yang digunakan :
1.      Cawan Petri yang berisi kapas untuk membius
2.      Botol nescafe yang berisi lalat Drosophila melanogaster
3.      Styrofrom (gabus)
4.      Kuas keci yang berwarna biru
5.      Botol yang berpipet yang berisi larutan ether
6.      Wadah pembunuh berisi air sabun
7.      Botol kultur dengan sumbat kapas
8.      Peralatan tulis
9.      Lupe
Bahan yang digunakan :
1.      Lalat Drosophila Melanogaster
2.      Medium yang digunakan
3.       Cairan Eter
4.      Air sabun
Cara kerja
1.      Menyiapkan botol yang berisi lalat Drosophila melanogaster yang persilangan gennya terpaut seks.
2.      Memindahkan lalat Drosophila melanogaster ke botol kultur,kemudia membius lalat sampai taksadarkan diri atau pingsan.
3.      Memindahkan lalat Drosophila melanogaster yang sudah pingsan kedalam cawan petri yang sudah diberi kapas yang ditetesi sedikit larutan eter.
4.      Menghitung jumlah lalat Drosophila melanogaster dan menentukan jenis mutannya.
5.      Menentukan jenis parental yang terpaut dalam persilangan dalam persilangan gen seks.
6.      Menghitung perbandingan pada lalat Drosophila melanogaster, apakah berfenotipe jantan normal,betina normal,jantan mutan atau betina mutan atau gabungan antara dua mutan.
7.      Membuat diagram persilangan lalat Drosophila melanogaster yang gennya terpaut seks.

8.      Menghitung dengan table Chi-kuadrat apakah sesuai atau menyimpang dari hukum Morgan.

      Pembahasan


            Pada percobaan persilangan gen terpaut seks, diperoleh lalat Drosophila melanogaster yang mutan jantan Dumpy dan betina Yellow. Jumlah lalat yang diperoleh dari perhitungan dalam satu botol necsafe berjumlah 205,diantaranya :
                              ♂                                                                    
·         Normal                  : 54                                         
·         Dumpy                  : 15
·         Yellow                  : 31
·         Yellow-dumpy      : 10
                         ♀
·         Normal                  : 42
·         Dumpy                  : 12
·         Yellow                  : 34
·         Yellow-dumpy      : 7
Jumlah individu yang diharapkan (Ft)
                        ♂                                                                    
·         Normal                  :  38,4375                                   
·         Dumpy                  : 12,815
·         Yellow                  : 38,4375
·         Yellow-dumpy      : 12,815
                         ♀
·         Normal                  : 38,4375
·         Dumpy                  : 12,815
·         Yellow                  : 38,4375
·         Yellow-dumpy      : 12,815

            Dari hasil yang diperoleh diatas kurang tepat jumlah individu yang diharapkan,dan  ratio jumlah individu yang diperoleh tersebut menyimpang dari  Hasil Percobaan Morgan. Ketidaktepatan tersebut diakibatkan kesalahan dalam menentukan jenis parentalnya, yang tadinya menentukan parental antara Dumpy dengan White, ternyata parental sesungguhnya adalah Dumpy dengan Yellow. Yang membedakan dari kedua jenis lalat Drosophila melanogaster tersebut dari warna mata dan warna pada tubuh. White memiliki warna mata yang putih dan yellow semua tubuh dan matanya berwarna kuning, sehingga jumlah individu yang diperoleh kurang tepat dari jumlah individu yang diharapkan.
            Diagram persilangan gen terpaut seks pada lalat Drosophila melanogaster yang bermutan jantan dumpy dan yang bermutan betina yellow, menghasilkan perbandingan jantan : 3 yellow: 1 yellow-dumpy: 3 b normal : 1 dumpy,sedangakan yang betina : 3 yellow : 1 yellow-dumpy : 3 normal : 1 dumpy.
            Dari persilangan gen terpaut seks pada lalat Drosophila melanogaster diperoleh hasil perrhitungan dengan menggunakan table chi-kuadrat, maka hasil yang diperoleh menunjukkan menerima hipotesis nol (0) pada taraf kepercayaan  95%, karena hasil yang dapat dari perhitungan tersebut memperoleh X2 kurang dari 14,04 yaitu (12,2613 < 14,04 ), artinya persilangan gen terpaut seks menerima hukum T.H Morgan.







  Kesimpulan

      Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Dalam setiap individu memiliki dua macam kromosom, yaitu autosom dan gonosom (seks kromosom).
2.      Gen yang terdapat di dalam kromosom kelamin. Peristiwa rangkaian kelamin  Sek Linkage.
3.      Gen-gen yang terdapat pada pada tangkai kromosom kelamin dinamakan gen terangkai kelamin   Seks-Linked genes .
4.      Pada percobaan persilangan gen terpaut seks, diperoleh lalat Drosophila melanogaster yang mutan jantan Dumpy dan betina Yellow. Jumlah lalat yang diperoleh dari perhitungan dalam satu botol necsafe berjumlah 205.
5.      Diagram persilangan gen terpaut seks pada lalat Drosophila melanogaster yang bermutan jantan dumpy dan yang bermutan betina yellow, menghasilkan perbandingan jantan : 3 yellow: 1 yellow-dumpy: 3 b normal : 1 dumpy,sedangakan yang betina : 3 yellow : 1 yellow-dumpy : 3 normal : 1 dumpy.
6.      Ketidaktepatan tersebut diakibatkan kesalahan dalam menentukan jenis parentalnya, yang tadinya menentukan parental antara Dumpy dengan White, ternyata parental sesungguhnya adalah Dumpy dengan Yellow.
7.      Jika di bandingkan dengan table Chi-kuadrat maka hasil yang diperoleh dari hasil pengamatan pada lalat Drosophila melanogaster yang memiliki gen terpaut seks menunjukkan menerima hipotesis nol (0) pada taraf kepercayaan 95% karena hasil X2 kurang dari 14,04 ( 12,2613 < 14,04) artinya persilangan ini menerima hukum T.H Morgan.





             DAFTAR PUSTAKA


Sisunandar. Ph. D. 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Suryo. 1990. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University press
Yatim,Wildan,Dr. 2003.  Genetika. Bandung : Tarsito

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA PERSILANGAN PADA MUTAN DROSOPHILA MELANOGASTER NORMAL DENGAN BLACK

I.                   Tujuan
·         Untuk membuktikan hukum-hukum genetika yang selalu berhubungan dengan perhitungan jumlah fenotip yang muncul.
·         Melakukan persilangan beberapa mutan pada hewan Droshopila melanogaster
·         Mengetahui bentuk tubuh dan warna mata pada hewan Droshopila melanogaster

II.                Tinjauan Pustaka
Drosophila melanogaster pada kondisi lingkungan normal adalah organisme diploid dengan empat buah kromosom. Masing-masing kromosom mempunyai pasangan yang homolog kecuali kromosom X dan kromosom Y. Drosophila melanogaster mempunyai penyebaran yang kosmopolit diseluruh dunia. Menurut shorrock (1972), di Inggris tercatat lebih dari 32 genus Drosophila. Di Indonesia, Wheeler (1981), mencatat sekitar 600 jenis Drosophila melanogaster  telah ditemukan.
Menurut Dr. wildan (2003), Genetika berasal dari kata genos yang artinya asal usul. Ilmu genetika merupakan ilmu yang dipelajari untuk mengetahui bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada keturunan-keturunan selanjutnya, serta variasi yang mungkin timbul di dalamnya. Genetika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri serta setiap mahluk hidup yang berada di lingkungan kita.
            Ilmuwan pertama yang membuktikan bahwa pemindahan sifat dapat mempunyai pola yang dapat diperkirakan, tidak berasal dari instuisi akademis atau ilmiah, sebagaimana orang sangka, namun dari lingkungan yang sunyi di sebuah biara di Austria adalah Gregor Mendel pada pertengahan abad ke-19. Dia mengkombinasikan pemikiran yang logis, perhatian yang besar terhadap hibridisasi tanaman, dan bakat dalam analisa statistic, sampai pada suatu kesimpulan yang dikenal sebagai Hukum – Hukum Genetika Klasik (Dasar – Dasar Genetika, Anna C. Pai :1985)
            Dulu yang biasa dipergunakan sebagai bahan percobaan genetika hanya tumbuhan. Karena tumbuhan mudah ditanam, mudah dikontrol suasana lingkungannya, dan mudah pula dibuat penyerbukan bunganya. Baru tahun 1905 mulai dipakai hewan, sejak W.E. Castle memperkenalkan lalat buah Drosophila melanogaster. Ternyata lalat yang sangat biasa kita jumpai mengerumuni pisang, papaya, tomat, nasi basi atau tempat sampah kita di rumah, baik sekali dipakai bahan percobaan genetika.
Keuntungan Drosophila melanogaster dipakai ialah :
a.       Mudah membiak di laboratorium, dengan bahan makanan sederhana (dimasukkan ke dalam tabung reaksi saja)
b.      Seekor induk bertelur ribuan butir semasa hidupnya
c.       Berkembang biak cepat, terdapat 20-25 generasi setahun
d.      Jumlah kromosom relative sedikit, yakni 3 – 4 pasang saja
e.       Kromosom yang terdapat dalam sel – sel kelenjar ludah besarnya ada 100x besar kromosom biasa, disebut “kromosom raksasa”, sehingga tabiat kromosom itu mudah diamati di bawah mikroskop biasa (mikroskop cahaya).

            Pelaksanaan praktikum genetika selalu berhubungan dengan pembuktian hokum-hukum genetika. Untuk membuktikan hukum-hukum genetika tersebut selalu berhubungan dengan perhitungan jumlah fenotip yang muncul. Penghitungan jumlah fenotip yang muncul tidak dapat dilakukan dengan cara membunuh lalat buah, tetapi tidak dapat pula dilakukan pada saat lalat buah hidup. Hal ini disebabkan karena :
a.       Drosophila melanogaster yang mati akan berubah warna, terutama warna mata menjadi lebih kehitam-hitaman dengan tubuh berubah menjadi coklat tua. Hal ini akan menyulitkan pengamatan apabila mutan yang diamati berbeda dalam hal warna tubuh dan warna mata.
b.      Posisi sayap Drosophila melanogaster yang mati akan naik ke atas, sehingga menyulitkan pengamatan mutan – mutan yang berhubungan dengan mutan sayap yang melengkung atau mutan dengan posisi sayap yang berbeda-beda.

Teknik analisis Chi-Kuadrat
Metode Chi-kudrat adalah cara yang dapat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil atau angka – angka yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Teknik ini biasa digunakan untuk perhitungan hasil percobaan genetika. Chi-kuadrat adalah uji nyata (goodness of fit) apakah data yang diperoleh benar menyimpang dari nisbah yang diharapkan, tidak secara kebetulan. Perbandingan yang diharapkan (hipotesis) berdasarkan pemisahan alele secara bebas, pembuahan gamet secara rambang dan terjadi segregasi sempurna (Crowder L.V, 1990).


Ciri-ciri morfologi Drosophila melanogaster adalah sebagai berikut:
A.                Integumen
Drosophila melanogaster mempunyai kulit yang keras sebagai proteksi tubuh yang disebut integument. Integument dibuat oleh epidermis. Penyusun integumen adalah polisakarida nitrogen yang dinamakan khitin. Integumen dibentuk pada larva fase terakhir.
B.                 Kepala (Caput)
Pada bagian kepala terdapat bagian – bagian yang penting :
a.                   Mata
Ada 2 macam mata pada Drosophila melanogaster, yaitu mata tunggal dan mata majemuk. Mata tunggal berjumlah 3 buah yang membentuk segitiga pada bagian atas kepala yang disebut ocellus. Mata majemuk adalah penerima cahaya yang lebih khusus.
b.                  Antena
Antena berperan dalam penerimaan rangsang suara dan kimia. Tercatat, Drosophila melanogaster mampu menerima langsung rangsang buah yang mengalami fermentasi sampai sejauh 40 cm.
c.                   Mulut
Bagian-bagian mulut mengalami modifikasi untuk makan makanan berupa zat cair. Mulut Drosophila melanogaster tidak mempunyai mandibulla, sedangkan maxilla nya mengalami modifikasi menjadi maxillary palps.
C.                Thorax
            Thorax Drosophila melanogaster dibagi menjadi 3 segmen, yaitu Prothorax, Mesothorax, dan Metathorax. Pada thorax terhadap kaki. Ada perbedaan kaki antara Drosophila melanogaster jantan dan betina. Drosophila melanogaster jantan memiliki sex comb (sisir kelamin) yang terdapat pada sepasang kaki depannya. Sex comb terdapat pada tarsal pertama atau kedua.
D.                Abdomen
            Drosophila melanogaster mempunyai 11 ruas abdomen. Pada segmen 1-7 terdapat spirakel sebagai alat respirasi. Pada hewan betina, segmen 8 dan 9 menjadi alat peletak telur dan segmen 10 dan 11 menjadi membran di sekitar anus. Pada hewan jantan, segmen ke 7 menjadi membran, segmen ke 8 memipih, dan segmen ke 9 menjadi alat genital. Pada bagian ini terdapat bulu berwarna hitam yang disebut bristle comb. Segmen ke 10 memipih sepanjang anus dan segmen ke 11 menjadi membrane.


            Drosophila Drosophila melanogaster pada kondisi lingkungan normal adalah organisme diploid dengan empat buah kromosom. Masing – masing kromosom mempunyai pasangan yang homolog kecuali kromosom X dan Y. Gen-gen terdapat sepanjang kromosom dan terdapat berpasangan, kecuali pada kromosom X pada hewan jantan. Umumnya pada kromosom Y tidak terdapat gen.
Jika suatu muatan ditemukan dan ditentukan oleh gen yang terdapat pada setiap kromosom yang homolog, maka mutasi itu disebut resesif, sedangkan jika suatu gen muatan ditemukan hanya pada satu kromosom dan mampu menimbulkan fenotip baru, maka mutasi disebut dominan. Disebutkan bahwa ada beberapa macam mutan dari lalat buah drosophila , antara lain white (w), white apricot (wa), white eosin (we), singed (sn), vermillion (v), miniature (m), Bar (B), Star (S), dumpy (dp), black (b), Bristle (Bl), cinnabar (cn), vestigial (vg), Lobe (L), brown (bw), curly (Cy), Plum (Pm), sepia (se), Dichaete (D), curled (cu), ebony (e), rough (ro).
            Mutan lalat buah memiliki symbol angka yang selalu mengikutinya. Arti dari symbol angka yang mengikuti berarti letak mutasi pada kromosom dan angka berikutnya menunjukkan lokasi mutasi pada kromosom. Misalnya dumpy (2-13,0) berarti mutan dumpy terjadi mutasi pada kromosom ke-2 dan pada posisi 13 unit dari ujung kromosom tersebut.
            Laboratorium Genetika dan Botani Universitas Muhammadiyah Purwokerto memiliki tujuh mutan Drosophila dan satu normal yang akan digunakan dalam kegiatan praktikum genetika. Ada 8 jenis lalat yaitu:
1.      Normal (+)      : sayap lebih panjang dari panjang tubuh, mata coklat
2.      w                     : white (1-1,5) warna mata dan oceli putih, asal dari USA dan Malaysia
3.      dp                    : dumpy (2-13,0) sayap pendek dan tumpul, asal dari USA
4.      b                      : black (2-48,5) warna tubuh hitam, asal dari Malaysia
5.      vg                    : vestigial (2-67,0) sayap dan halter rudiment. Asal dari USA dan Malaysia.
6.      se                     : sepia (3-26,0) warna mata merah tua, asal dari USA
7.      cu                    : curled (3-50) sayap melengkung ke atas, asal radiasi.
8.      ye                    : yellow (1-0,0) warna tubuh, rambut sikat dan rambut berwarna kuning coklat

Kebanyakan sifat organisme diwariskan kepada keturunannya, tetapi tidak semua sifat pasti diwariskan. Terjadi hal seperti demikian karena cara pewarisan sifat-sifat tersebut berbeda – beda. Ada sifat yang diwariskan secara dominan, yaitu apabila kehadiran gen yang mengawasi sifat itu menutup ekspresi gen yang mengawasi sifat lawannya yang resesif, sehingga sifat resesif sama sekali tidak tampak. Sifat resesif baru tampak apabila kedua gen resesif berkumpul pada satu individu.
.
III.             Alat dan Bahan
a.       Alat yang digunakan :
1.      Cawan petri
2.      2 buah botol medium masing-masing berisi mutan black dan vestigial
3.      2 buah botol medium yang belum terisi lalat buah
4.      Kapas
5.      Pipet tetes
6.      Botol eterisasi
7.      Botol kultur dengan sumbat busa
8.      Kuas
9.      Styrofoam
10.  Wadah berisi air sabun

b.      Bahan yang digunakan :
1.      Mutan Drosophila melanogaster yaitu normal dan black
2.      Eter
3.      Air sabun
4.      Medium


IV.      Cara Kerja
1.      Menyiapkan 2 botol yang berisi 2 mutan yaitu normal dan black.
2.      Botol pertama berisi populasi normal dan yang satunya lagi berisi populasi mutan jantan black.
3.      Mengambil mutan jantan black, kemudian membiusnya dan memindahkanya ke medium kosong yang pertama.
4.      Membuang semua populasi normal yang terdapat pada botol medium berisi mutan normal.
5.      Mengecek mutan vestigial setiap 8 jam dimulai dari awal pembuangan semua mutan normal yang lahir ada dalam botol untuk mengambil betina normal yang masih perawan.
6.      Membius normal betina tersebut dan mencampurkanya dengan black jantan.
7.      Melakukan pengambilan betina vestigial samapai berjumlah 15-20 ekor.
8.      Menunggu hingga muncul larva F1.
9.      Membuang semua parentalnya dan membiarkan larva F1 tumbuh menjadi lalat.
10.  Setelah larva F1 berubah menjadi lalat F1, memindahkan seluruh lalat F1 tersebut kedalam medium yang baru.
11.  Membiarkan lalat F1 tersebut melakukan perkawinan.
12.  Apabila sudah muncul larva F2 yang cukup banyak, membuang F1 nya.
13.  Membiarkan larva F2 tumbuh menjadi lalat F2.
14.  Menghitung jumlah lalat F2 yang diperoleh

VI.             Pembahasan

Secara morfologi, drosophila dapat dibedakan dengan mudah antara jantan dan betinanya. Ukuran tubuh drosophila betina lebih besar dibandingkan dengan jantannya. Drosophila jantan memiliki sex combo (sisir kelamin) yang terdapat pada sepasang kaki depannya, sedangkan pada betina tidak. Bagian tubuh drosophila betina bagian belakangnya berbentuk agak runcing, sedangkan pada betina bentuknya lebih datar atau tidak lancip.
Pada praktikum kali ini, laboratorium memberikan 8 jenis lalat buah drosophila, dapat dibedakan menjadi :
1. Normal (+)  : sayap lebih panjang dari panjang tubuh, mata coklat, tubuhnya berwarna kelabu
2. (w)               : warna mata dan oceli putih , tubuh normal
3. (dp)             : sayap pendek dan tumpul, mata normal
4. (b)                : warna tubuh hitam
5. vg                : sayap dan halter rudiment (tidak berkembang)
6. se                 : warna mata merah tua, warna dan sayap normal
7. cu                : sayap melengkung ke atas, asal radiasi.
8. ye                : warna tubuh, rambut sikat dan rambut berwarna kuning coklat
Hukum Mendel I : Pemisahan gen se alel. Peristiwa pemisahan alel ini terlihat ketika pembuatan gamet individu yang memiliki genotype heterozigot, sehingga tiap gamet mengadung salah satu alel tersebut. Berdasarkan percobaan menyilang 2 individu yang memiliki 1 karakter berbeda : Monohibrid. Sayap lalat buah yang normal panjangnya sayapnya melebihi panjang tubuhnya dan tubuhnya tidak berwarna hitam. Sedangkan lalat buah black memiliki sayap yang hampir sama dengan normal, akan tetapi semua tubuhnya berwarna hitam. Normal tentu saja lebih dominan terhadap black.

Symbol  :     + : normal,           b : black
P            :                 x         
                 (normal)              (black)
F1             :                  
                              (normal)
Dapat dikatakan bahwa, individu normal mempunyai alel sayap yang normal, sedangkan individu black mempynyai sayap yang hampir sama dengan normal yang berbeda warna tubuhnya, kalau balck warna tubuh hitam . Akibatnya, jika induk normal mewariskan gamet yang normal pada anak, sedangkan individu black mewariskan satu gamet black nya, maka keturunan tersebut tampak normal.






F2           :         F1           x          F1
  ♂
+
b
+
b
Jika antara F1 ini dikawinkan, maka akan diperoleh perbandingan fenotip generasi F2 = 3 normal : 1 black
Pada praktikum yang saya lakukan hasilnya tidak biasa menghasilkan perbandingan  fenotip generasi F2 = 3 normal : 1 black, karena percobaan yang saya lakukan tidak berhasil karena disebabkan oleh beberapa faktor
·         Medium yang saya dapatkan berair, setelah mengganti medium yang kedua juga berair sehingga lalat mau makan terjebak karena ada air dan mati
·         Lalat virjin yang saya dapatkan sangat sulit,karena mementasnya lama sehingga lalat jantan menunggu lama dan akhirnya mati.
·         Mungkin karena kurang ketelitian dan kurang perawatan yang saya lakukan pada praktikum ini.
 Sehingga praktikum yang saya lakukan tidak sesuai dengan hukum mendel dan Jika dibandingkan dengan tabel Chi-Kuadrat, maka hasil yang diperoleh pada hipotesis nol pada taraf kepercayaan 95%, artinya persilangan tersebut tidak sesuai dengan dari Hukum Mendel I karena percobaan yang saya lakukan tidak berhasil.

VII.          Kesimpulan

Dari praktikum yang saya peroleh dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Makin banyak jumlah generasi yang dihitung, maka perhitungan tersebut mendekati ratio kenyataan terhadap ratio teoritis.
2.      Bentuk tubuh Drosophila melanogaster betina lebih besar dibandingkan Drosophila melanogaster jantan.
3.      Teknik analisis Chi-Kuadrat digunakan untuk perhitungan hasil percobaan genetika dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis.
4.      Persilangan monohybrid adalah hasil perkawinan antara 2 individu yang punya sifat beda
5.      Semua individu F1 adalah seragam atau sama
6.      Perkawinan monohybrid (Aa x Aa) menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan yang fenotip 3:1
7.      Pada praktikum yang saya lakukan hasilnya tidak biasa menghasilkan perbandingan  fenotip generasi F2 = 3 normal : 1 black, karena percobaan yang saya lakukan tidak berhasil karena :
·         Medium yang saya dapatkan berair, setelah mengganti medium yang kedua juga berair sehingga lalat mau makan terjebak karena ada air dan mati
·         Lalat virjin yang saya dapatkan sangat sulit,karena mementasnya lama sehingga lalat jantan menunggu lama dan akhirnya mati.
·         Mungkin karena kurang ketelitian dan kurang perawatan yang saya lakukan pada praktikum ini






DAFTAR PUSTAKA

Pai, Anna. C. 1985. Dasar – Dasar Genetika. Bandung : Erlangga
Sisunandar. 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto : UMP
Yatim, Wildan. 2003. GENETIKA. Edisi 5. Bandung : Tarsito