a.
Pendahuluan
Pohon
pisang memiliki ciri – ciri yang nampak jelas karena banyak kita jumpai pada
daerah sekitar tempat tinggal kita. Pohon pisang memiliki bagian batang yang
berlapis – lapis yang sebenarnya merupakan bagian dasar dari pelepah daun yang
bertumpuk – tumpuk yang dapat menyimpan air sehinnga batang ini lebih tepatnya
disebut sebagai batang semu. Batang ini memiliki ciri-ciri berwarna hijau dan
terkadang kecoklatan karena tertutupi oleh pelepah daun yang sudah mengering,
akan tetapi daun pisang ini berwarna hijau, dengan lembaran daun yang lebar (
tergantung pada jenisnya pohon pisangnya) dan urat utamanya menonjol
berukuran besar.
Pohon
batang pisang berada didalam tanah atau kadang muncul diatas permukaan yang
sering di namakan sebagai bonggol. Sepertiga dari bonggol yang berada pada di
bagian atas terdapat mata calon tumbuh tunas anakan ( tunas yang
masih sangat kecil-kecil ). Bunga pisang yang panjang kalau sudah dewasa
disebut tongkol atau dari bahasa banyumasnya jantung. Bunga jantung ini nampak
muncul dari primordia yang terbentuk pada bonggolnya, perkembangan primordia
bunga memanjang keatas sehingga menembus inti batang semu dan keluar diujung
batang semu tersebut.
Para
petani tradisional ini dalam melakukan pembibitan pohon pisang secara
tradisonal (vegetative) dimana cara
pembibitan ini akan mengakibatkan penurunan kualitas dari generasi ke generasi
berikutnya yang terjadi akibat virus dan penyakit yang diwariskan oleh
induknya. Untuk mengatasi permasalahan ini maka sekarang telah dikembangkan dan
ditemukan terobosan baru dalam
pembudidayaan pohon pisang sehingga para petani memperoleh bibit pohon pisang
yang unggul dan memiliki buah yang sangat besar-besar dan terbebas dari
penyakit dan virus..
Tanaman
yang memiliki buah – buahan yang banyak telah dikembangkan melalui teknik
kultur jarinagan ialah pisang karena
pisang hampir dibutuhkan setiap hari oleh manusia, baik manusia yang ekonomi
rendah sampai manusia yang memiliki ekonomi yang tinggi karena mengandung
banyak sumber vitamin dan juga energy yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari. Teknik yang biasa digunakan dalam kultur tanaman pisang ialah
dengan menggunakan tunas yang diambil dari bonggolnya. Ukuran
anakan yang digunakan ialah anakan yang masih kecil sehingga dalam melakukan
penyayatan mudah, sedangkan anakan yang cukup besar menyulitkan transportasi
bibit dari satu tempat ke tempat penanamannya. Anakan yang diproduksi oleh satu
induk pohon pisang memiliki ukuran dan umurnya yang berbeda-beda, sehingga
sangat sulit untuk memperoleh anakan berukuran seragam dalam jumlah memadai
untuk perkebunan pisang secara komersial.
b.
Dasar teori
Kultur tunas pisang merupakan suatu kultur
jaringan dengan memperbanyak tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang berupa tunas
yang berasal dari bongko, yang masih muda,
dan memiliki ukuran yang kicil, dan merupakan salah satu bagian dari
kultur pucuk. Ada dua macam cara yang dapat ditempuh dalam kultur jaringan
tunas pisang, diantaranya ;
1. Setiap buku – buku yang mengandung satu mata
tunas lateral seluruhnya ditempatkan horisontal dalam medium padat.
2. Pucuk dikulturkan tanpa dipotong – potong.,
Pucuk aksiler yang tumbuh dari kedua cara tersebut
dapat dgunakan sebagai sumber eksplan untuk sub kultur tahap berikutnya. Teknik
kultur tunas tersebut dapat dipakai pada semua jenis tanamna karena memiliki
resiko terjadi perubahan genetik sama dengan induknya sangat rendah.
Perbanyakan
tanaman pisang dengan kultur jaringan memiliki tujuan untuk memperoleh bibit
yang unggul dan bermutu yang terbebas dari penyakit dan virus yang berasal dari
genetic induknya dalam
jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat dapat memperoleh bibit tersebut.
Dilihat dari tujuan ini maka adanya bibit kultur jaringan akan memperoleh dan
mendukung pengembangan kebun agribisnis dalam skala yang luas. Bibit pisang
kultur jaringan merupakan bibit yang dapat dihasilkan melalui perkembangbiakan
jaringan (sel meristem) pada media buatan dalam laboratorium (in vitro).
Beberapa
komponen yang dapat mendukung keberhasilan memperoleh dan menghasilkan bibit
yang unggul ialah sarana dan prasarana, bahan kimia pembuat media dan varietas
unggul serta memiliki tenaga ahli yang canggih dan tenaga yang sesuai dengan
bidangnya yaitu bidnag kultur jarungan.
Menurut
George dan Sherrington (1984) keberhasilan dalam teknik kultur jaringan sangat
ditentukan oleh medium yang digunakan. Media yang biasa digunakan dalam
perbanyakan klonal pisang ini umumnya ialah media MS. Untuk merangsang
pertumbuhan tunas pada eksplan yaitu tunas pisang, zat pengatur tumbuh yang
biasa digunakan dengan metambahkan ke dalam media kultur. Sitokinin BAP (Benzil
Amino Purin) umumnya biasa digunakan pada kisaran konsentrasi antara 3 - 6 ppm
tergantung varietas yang digunakan, dengan atau tanpa kombinasi dengan auksin.
Keasaman media umumnya ialah antara 5,5 sampai 6. Inisiasi adalah proses awal
dalam kegiatan kultur jaringan sehingga akan menjadi penentu keberhasilan
kultur jaringan. Proses pertama yang dilakukan dalam inisiasi iallah pengambilan
eksplan atau bahan kultur dari lapangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
sterilisasi eksplan (Anonim, 2002).
c.
Alat dan Bahan yang digunakan
dalam Kultur Tunas Pisang
Alat
:
1. Cawan
Petri 2 buah
2.
Botol kultur 2 buah
(
1 untuk merendam eksplan dengan alcohol 70%, 1 kosong untuk merendam eksplan
dengan kaporit 5% )
- Pinset
- Pipa baja
- Scalpel
- Blade
- Pisau
- Lampu
spirtus
- Botol
semprot isi allkohol 70 %
- Korek api
- Kapas
- Laminar Air
flow
- Masker
Bahan :
1.
Tunas pisang yang
berukuran kecil sehingga mudah disayat di dalam lamina air flaw
2. Alkohol
70 %
3. Akuades
4. Kaporit
5 %
5. Media
No
|
STOK
|
Jumlah (ml)
|
1
|
A
|
25
|
2
|
B
|
5
|
3
|
C
|
0,5
|
4
|
D
|
5
|
5
|
NAA 10-5
|
5
|
6
|
BAP 10-4
|
5
|
7
|
SUKROSA
|
15 gr
|
8
|
AQUADES
|
Sampai V=500 ml
|
9
|
pH
|
5,7
|
10
|
AGAR
|
4 gr
|
11
|
Karbon Aktif
|
1 gr
|
d.
Cara kerja yang dilakukan
dalam kuktur jaringan Tunas Pisang
1. Mengambil
tunas pisang yang ada pada bonggol yang
sudah terlihat di atas permukaan tanah.
2. Mencucinya
dengan air yang bersih dan mengalir sampai bongkolnya yang sudah di sayat cuci
sampai kelihatan bersih .
3. Merendam
tunas pisang dengan alkohol selama 5 menit dan mulai dihitung pada hp atau
jamnya masing-masing.
4. Merendam
tunas pisang dengan kaporit selama 20 menit
5. Membawa
alat dan bahan ke LAF.
6. Membuka
tunas pisang dengan cara menekan bagian pinggir dengan pinset dan melikainya
menjadi tiga bagian lalu mengambilnya dengan pinset..
7. Memasukkan
pada media yang telah dipersiapkan yang
berjumlah 2 botol.
8. Memelihara
dalam ruang kultur..
9. Mencatat
hasil pengamatan
e.
Hasil dan Foto
Hasil :
NO
|
MEDIA
|
MINGGU I
|
MINGGU II
|
MINGGU III
|
MINGGU IV
|
1
|
K5N7
|
Hidup
|
hidup
|
hidup
|
hidup
|
2
|
K5N7
|
Hidup
|
hidup
|
hidup
|
E
|
a.
Pembahasan
Kultur tunas pisang merupakan suatu kultur
jaringan dengan memperbanyak tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang berupa tunas
yang berasal dari bongko, yang masih muda,
dan memiliki ukuran yang kicil, dan merupakan salah satu bagian dari
kultur pucuk. Ada dua macam cara yang dapat ditempuh dalam kultur jaringan
tunas pisang, diantaranya ;
a.
Setiap buku – buku yang mengandung satu mata tunas lateral seluruhnya
ditempatkan horisontal dalam medium padat.
b.
Pucuk dikulturkan tanpa dipotong – potong.,
Pucuk
aksiler yang tumbuh dari kedua cara tersebut dapat dgunakan sebagai sumber
eksplan untuk sub kultur tahap berikutnya. Teknik kultur tunas tersebut dapat
dipakai pada semua jenis tanamna karena memiliki resiko terjadi perubahan
genetik sama dengan induknya sangat rendah.
Medium
yang digunakan ialah medium K5N7. Pada setiap botol kultur di tanam 2 eksplan.
Setelah itu ditempatkan pada ruang kultur. Setiap 2 minngu sekali, letak tunas
harus dipindahkan karena pisang senyawa fenolik yang menyebabkab broning pada
media.
Pada
minngu pertama, minggu kedua, minggu ketiga tunas masih hidup, tetapi pada
botol yang satu mengalami kontaminasi ini disebabkan oleh beberapa hal :
1. Proses
pencucian yang kurang bersih
2. Proses
sterilisasi alat dan bahan yang kurang maksimal
3. Eksplan
yang mengandung jamur atau bakteri
4. Tempat
kerja yang kurang steril
Dari
tanaman – tanaman yang masih hidup dapat dilihat bahwa tidak semua tunas yang
ditanam tumbuh. Hal ini disebabkan karena tunas yang ditanam pada praktikum ini
berasal dari tanaman yang berbeda – beda dan bisa jadi jenisnyapun berbeda.
Karena tidak semua eksplan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik jika
digunakan dalam kultur tunas tersebut.
Tingkat
keberhasilan kultur tunas pisang ini tergantung pada kualitas eksplan sendiri
dan lingkungan tempat eksplan ditumbuhkan apakah sesuai atau tidak.
c.
Kesimpulan
Dari praktikum diatas dapat disimpulkan ;
1.
Kultur tunas pisang merupakan suatu kultur jaringan dengan memperbanyak
tanaman dengan menggunakan bagian
tanaman yang berupa tunas yang berasal dari bongko, yang masih muda, dan memiliki ukuran yang kicil, dan merupakan
salah satu bagian dari kultur pucuk. Ada dua macam cara yang dapat ditempuh
dalam kultur jaringan tunas pisang, diantaranya ;
a.
Setiap buku – buku yang mengandung satu mata tunas lateral seluruhnya
ditempatkan horisontal dalam medium padat.
b.
Pucuk dikulturkan tanpa dipotong – potong.,
2. Menurut
George dan Sherrington (1984) keberhasilan dalam teknik kultur jaringan sangat
ditentukan oleh medium yang digunakan.
3. Perbanyakan
tanaman pisang dengan kultur jaringan memiliki tujuan untuk memperoleh bibit
yang unggul dan bermutu yang terbebas dari penyakit dan virus yang berasal dari
genetic induknya dalam
jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat dapat memperoleh bibit tersebut.
4. Medium
yang digunakan ialah medium K5N7. Pada setiap botol kultur di tanam 2 eksplan.
Setelah itu ditempatkan pada ruang kultur. Setiap 2 minngu sekali, letak tunas
harus dipindahkan karena pisang senyawa fenolik yang menyebabkab broning pada
media.
5. mengalami
kontaminasi ini disebabkan oleh beberapa hal :
a. Proses
pencucian yang kurang bersih
b. Proses
sterilisasi alat dan bahan yang kurang maksimal
c. Eksplan
yang mengandung jamur atau bakteri
d. Tempat
kerja yang kurang steril
6. Tingkat
keberhasilan kultur tunas pisang ini tergantung pada kualitas eksplan sendiri
dan lingkungan tempat eksplan ditumbuhkan apakah sesuai atau tidak.
terimakasih atas infonya
BalasHapus