Senin, 13 Januari 2014

KULTUR TUNAS PISANG


a.      Pendahuluan
Pohon pisang memiliki ciri – ciri yang nampak jelas karena banyak kita jumpai pada daerah sekitar tempat tinggal kita. Pohon pisang memiliki bagian batang yang berlapis – lapis yang sebenarnya merupakan bagian dasar dari pelepah daun yang bertumpuk – tumpuk yang dapat menyimpan air sehinnga batang ini lebih tepatnya disebut sebagai batang semu. Batang ini memiliki ciri-ciri berwarna hijau dan terkadang kecoklatan karena tertutupi oleh pelepah daun yang sudah mengering, akan tetapi daun pisang ini berwarna hijau, dengan lembaran daun yang lebar ( tergantung pada jenisnya pohon pisangnya) dan urat utamanya menonjol berukuran  besar.
Pohon batang pisang berada didalam tanah atau kadang muncul diatas permukaan yang sering di namakan sebagai bonggol. Sepertiga dari bonggol yang berada pada di bagian atas terdapat mata calon tumbuh tunas anakan ( tunas yang masih sangat kecil-kecil ). Bunga pisang yang panjang kalau sudah dewasa disebut tongkol atau dari bahasa banyumasnya jantung. Bunga jantung ini nampak muncul dari primordia yang terbentuk pada bonggolnya, perkembangan primordia bunga memanjang keatas sehingga menembus inti batang semu dan keluar diujung batang semu tersebut.
            Para petani tradisional ini dalam melakukan pembibitan pohon pisang secara tradisonal  (vegetative) dimana cara pembibitan ini akan mengakibatkan penurunan kualitas dari generasi ke generasi berikutnya yang terjadi akibat virus dan penyakit yang diwariskan oleh induknya. Untuk mengatasi permasalahan ini maka sekarang telah dikembangkan dan  ditemukan terobosan baru dalam pembudidayaan pohon pisang sehingga para petani memperoleh bibit pohon pisang yang unggul dan memiliki buah yang sangat besar-besar dan terbebas dari penyakit dan virus..
Tanaman yang memiliki buah – buahan yang banyak telah dikembangkan melalui teknik kultur jarinagan ialah  pisang karena pisang hampir dibutuhkan setiap hari oleh manusia, baik manusia yang ekonomi rendah sampai manusia yang memiliki ekonomi yang tinggi karena mengandung banyak sumber vitamin dan juga energy yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Teknik yang biasa digunakan dalam kultur tanaman pisang ialah dengan menggunakan tunas yang diambil dari bonggolnya. Ukuran anakan yang digunakan ialah anakan yang masih kecil sehingga dalam melakukan penyayatan mudah, sedangkan anakan yang cukup besar menyulitkan transportasi bibit dari satu tempat ke tempat penanamannya. Anakan yang diproduksi oleh satu induk pohon pisang memiliki ukuran dan umurnya yang berbeda-beda, sehingga sangat sulit untuk memperoleh anakan berukuran seragam dalam jumlah memadai untuk perkebunan pisang secara komersial.
b.      Dasar teori
Kultur tunas pisang merupakan suatu kultur jaringan dengan memperbanyak tanaman dengan  menggunakan bagian tanaman yang berupa tunas yang berasal dari bongko, yang masih muda,  dan memiliki ukuran yang kicil, dan merupakan salah satu bagian dari kultur pucuk. Ada dua macam cara yang dapat ditempuh dalam kultur jaringan tunas pisang, diantaranya ;
1.      Setiap buku – buku yang mengandung satu mata tunas lateral seluruhnya ditempatkan horisontal dalam medium padat.
2.      Pucuk dikulturkan tanpa dipotong – potong.,
Pucuk aksiler yang tumbuh dari kedua cara tersebut dapat dgunakan sebagai sumber eksplan untuk sub kultur tahap berikutnya. Teknik kultur tunas tersebut dapat dipakai pada semua jenis tanamna karena memiliki resiko terjadi perubahan genetik sama dengan induknya sangat rendah.
Perbanyakan tanaman pisang dengan kultur jaringan memiliki tujuan untuk memperoleh bibit yang unggul dan bermutu yang terbebas dari penyakit dan virus yang berasal dari genetic induknya dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat dapat memperoleh bibit tersebut. Dilihat dari tujuan ini maka adanya bibit kultur jaringan akan memperoleh dan mendukung pengembangan kebun agribisnis dalam skala yang luas. Bibit pisang kultur jaringan merupakan bibit yang dapat dihasilkan melalui perkembangbiakan jaringan (sel meristem) pada media buatan dalam laboratorium (in vitro).
Beberapa komponen yang dapat mendukung keberhasilan memperoleh dan menghasilkan bibit yang unggul ialah sarana dan prasarana, bahan kimia pembuat media dan varietas unggul serta memiliki tenaga ahli yang canggih dan tenaga yang sesuai dengan bidangnya yaitu bidnag kultur jarungan.
Menurut George dan Sherrington (1984) keberhasilan dalam teknik kultur jaringan sangat ditentukan oleh medium yang digunakan. Media yang biasa digunakan dalam perbanyakan klonal pisang ini umumnya ialah media MS. Untuk merangsang pertumbuhan tunas pada eksplan yaitu tunas pisang, zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan dengan metambahkan ke dalam media kultur. Sitokinin BAP (Benzil Amino Purin) umumnya biasa digunakan pada kisaran konsentrasi antara 3 - 6 ppm tergantung varietas yang digunakan, dengan atau tanpa kombinasi dengan auksin. Keasaman media umumnya ialah antara 5,5 sampai 6. Inisiasi adalah proses awal dalam kegiatan kultur jaringan sehingga akan menjadi penentu keberhasilan kultur jaringan. Proses pertama yang dilakukan dalam inisiasi iallah pengambilan eksplan atau bahan kultur dari lapangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan sterilisasi eksplan (Anonim, 2002).
c.       Alat dan Bahan yang digunakan dalam Kultur Tunas Pisang

Alat :
1.      Cawan Petri 2 buah
2.      Botol kultur 2 buah
( 1 untuk merendam eksplan dengan alcohol 70%, 1 kosong untuk merendam eksplan dengan kaporit 5% )
  1. Pinset
  2. Pipa baja
  3. Scalpel
  4. Blade
  5. Pisau
  6. Lampu spirtus
  7. Botol semprot isi allkohol 70 %
  8. Korek api
  9. Kapas
  10. Laminar Air flow
  11. Masker
Bahan :
1.      Tunas pisang yang berukuran kecil sehingga mudah disayat di dalam lamina air flaw
2.      Alkohol 70 %
3.      Akuades
4.      Kaporit 5 %
5.      Media

No
STOK
Jumlah (ml)
1
A
25
2
B
5
3
C
0,5
4
D
5
5
NAA 10-5
5
6
BAP 10-4
5
7
SUKROSA
15 gr
8
AQUADES
Sampai  V=500 ml
9
pH
5,7
10
AGAR
4 gr
11
Karbon Aktif
1 gr

d.      Cara kerja yang dilakukan dalam kuktur jaringan Tunas Pisang

1.      Mengambil tunas pisang  yang ada pada bonggol yang sudah terlihat di atas permukaan tanah.
2.      Mencucinya dengan air yang bersih dan mengalir sampai bongkolnya yang sudah di sayat cuci sampai kelihatan bersih .
3.      Merendam tunas pisang dengan alkohol selama 5 menit dan mulai dihitung pada hp atau jamnya masing-masing.
4.      Merendam tunas pisang dengan kaporit selama 20 menit
5.      Membawa alat dan bahan ke LAF.
6.      Membuka tunas pisang dengan cara menekan bagian pinggir dengan pinset dan melikainya menjadi tiga bagian lalu mengambilnya dengan pinset..
7.      Memasukkan  pada media yang telah dipersiapkan yang berjumlah 2 botol.
8.      Memelihara dalam ruang kultur..
9.      Mencatat hasil pengamatan
e.       Hasil dan Foto

Hasil :

NO
MEDIA
MINGGU I
MINGGU II
MINGGU III
MINGGU IV
1
K5N7
Hidup
hidup
hidup
hidup
2
K5N7
Hidup
hidup
hidup
E
a.      Pembahasan
Kultur tunas pisang merupakan suatu kultur jaringan dengan memperbanyak tanaman dengan  menggunakan bagian tanaman yang berupa tunas yang berasal dari bongko, yang masih muda,  dan memiliki ukuran yang kicil, dan merupakan salah satu bagian dari kultur pucuk. Ada dua macam cara yang dapat ditempuh dalam kultur jaringan tunas pisang, diantaranya ;
a.       Setiap buku – buku yang mengandung satu mata tunas lateral seluruhnya ditempatkan horisontal dalam medium padat.
b.      Pucuk dikulturkan tanpa dipotong – potong.,
            Pucuk aksiler yang tumbuh dari kedua cara tersebut dapat dgunakan sebagai sumber eksplan untuk sub kultur tahap berikutnya. Teknik kultur tunas tersebut dapat dipakai pada semua jenis tanamna karena memiliki resiko terjadi perubahan genetik sama dengan induknya sangat rendah.
Medium yang digunakan ialah medium K5N7. Pada setiap botol kultur di tanam 2 eksplan. Setelah itu ditempatkan pada ruang kultur. Setiap 2 minngu sekali, letak tunas harus dipindahkan karena pisang senyawa fenolik yang menyebabkab broning pada media.
Pada minngu pertama, minggu kedua, minggu ketiga tunas masih hidup, tetapi pada botol yang satu mengalami kontaminasi ini disebabkan oleh beberapa hal :
1.      Proses pencucian yang kurang bersih
2.      Proses sterilisasi alat dan bahan yang kurang maksimal
3.      Eksplan yang mengandung jamur atau bakteri
4.      Tempat kerja yang kurang steril
Dari tanaman – tanaman yang masih hidup dapat dilihat bahwa tidak semua tunas yang ditanam tumbuh. Hal ini disebabkan karena tunas yang ditanam pada praktikum ini berasal dari tanaman yang berbeda – beda dan bisa jadi jenisnyapun berbeda. Karena tidak semua eksplan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik jika digunakan dalam kultur tunas tersebut.
Tingkat keberhasilan kultur tunas pisang ini tergantung pada kualitas eksplan sendiri dan lingkungan tempat eksplan ditumbuhkan apakah sesuai atau tidak.
c.       Kesimpulan
Dari praktikum diatas dapat disimpulkan ;
1.      Kultur tunas pisang merupakan suatu kultur jaringan dengan memperbanyak tanaman dengan  menggunakan bagian tanaman yang berupa tunas yang berasal dari bongko, yang masih muda,  dan memiliki ukuran yang kicil, dan merupakan salah satu bagian dari kultur pucuk. Ada dua macam cara yang dapat ditempuh dalam kultur jaringan tunas pisang, diantaranya ;
a.       Setiap buku – buku yang mengandung satu mata tunas lateral seluruhnya ditempatkan horisontal dalam medium padat.
b.      Pucuk dikulturkan tanpa dipotong – potong.,
2.      Menurut George dan Sherrington (1984) keberhasilan dalam teknik kultur jaringan sangat ditentukan oleh medium yang digunakan.
3.      Perbanyakan tanaman pisang dengan kultur jaringan memiliki tujuan untuk memperoleh bibit yang unggul dan bermutu yang terbebas dari penyakit dan virus yang berasal dari genetic induknya dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat dapat memperoleh bibit tersebut.
4.      Medium yang digunakan ialah medium K5N7. Pada setiap botol kultur di tanam 2 eksplan. Setelah itu ditempatkan pada ruang kultur. Setiap 2 minngu sekali, letak tunas harus dipindahkan karena pisang senyawa fenolik yang menyebabkab broning pada media.
5.      mengalami kontaminasi ini disebabkan oleh beberapa hal :
a.       Proses pencucian yang kurang bersih
b.      Proses sterilisasi alat dan bahan yang kurang maksimal
c.       Eksplan yang mengandung jamur atau bakteri
d.      Tempat kerja yang kurang steril
6.      Tingkat keberhasilan kultur tunas pisang ini tergantung pada kualitas eksplan sendiri dan lingkungan tempat eksplan ditumbuhkan apakah sesuai atau tidak.

1 komentar: