Jumat, 17 Januari 2014

kultur jaringan tembakau


a.      Pendahuluuan

Tanaman tembakau ialah suatu tanaman yang sangat populer di dunia pada umumnya di  Negara Indonesia pada khususnya. Hal ini yang disebabkan munculnya tanaman tersebut  karena mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinngi, terutama pada bagian daunnya. Daun tembakau merupakan bahan utama dalam produksi pembuatan rokok jenis apapun, seperti rokok jarum super, La dan lain-lain. Rokok itu sendiri banyak sekali di konsumsi oleh kurang lebih sebagian besar penduduk dunia terutama masyarakat indonesia, walaupun dapat kita ketahui bahwa merokok itu sangat berbahaya bagi kesehatan kita dan orang banyak. Oleh sebab itu tanaman tembakau memeiliki nilai ekonomis yang tinggi itulah mengapa para petani tembakau tetap mempertahankan usahanya untuk tetap memproduksi tanaman tembakau yang dibuat untuk bahan baku rokok.
Selain sebagai bahan baku utama pembuatan rokok, tanaman tembakau juga memiliki  beberapa fungsi penting  yaitu
1.      Menghasilkan Protein anti kanker
Tembakau tidak selalu memiliki nilai yang berkonotasi negative, ternyata tanaman tembaku juga mengasilkan protein anti kanker yang berguna mengobati penderita yang terkena penyakit kanker.
2.      Melepaskan gigitan dari hewan lintah
Tembakau digunakan oleh berbagai macam produk baik minuman maupun makanan, tembakau juga sangat bermafaat melepaskan diri dari gigitan lintah kalau kita berada di dalam hutan.
3.      Mengobati HiV atau AIDS
Tanaman tembakau juga mengasilkan protein yang digunakan untuk Human immunodeficiny virus ( HIV ), penyebab AIDS yang disebut dengan griffthsin.
4.      Penghilang embun
Tembakau  juga bermanfaat untuk menghilangkan embun pada kaca mobil pada waktu hujan yang sangaat deras, mengilangkannya dengan cara menggosokan tembakau pada kaca tersebut.
Para petani  tanaman tembakau biasanya membudidayakan tanaman tersebut dengan teknik  yang sangat tradisional, yaitu dengan cara menghasilkan bibit secara tradisisonal atau mengecambahkan biji tembakau. Hasinlnya dari pembibitan yang masih dilakukan secara  tradisional tersebut belum tentu memiliki berkualitas baik, terkadang pertumbuhan dan perkembangnannya juga berkurang atau lambat. Selain itu, faktor dari luar atau alam juga ikut berpengaruh besar dalam membudidayaan tanaman temabakau karena dalam pembibitan tidak dapat berhasil jika dilakukan pada musim hujan karena bijinya akan terbawa oleh air, sedangkan tanaman tembakau tidak membutuhkan banyak air dalam pertumbuhan dan perkembangannya.  Dengan melihat fakta yang ada maka dari itu dengan menggunakan kultur jaringan ini diharapkan mampu menghasilkan tanaman – tanaman tembakau yang berkualitas baik, bebas dari penyakit, virus, bakteri dan sifatnya yang seragam atau sama dengan induknya. Selain itu, pembibitan dalam kultur jaringan tidak membutuhkan tanah yang luas serta waktu yang relative sangat singkat.
Oleh karena itu maka dalam praktikum kultur jaringan ini akan dilakukan percobaan agar dapat mendapatkan dan memiliki bibit tanaman tembakau dengan kualitas yang baik, produksinya yang tinggi, bebas dari hama dan penyakit, virus, serta sifatnya yang seragam dan mampu membatu para petani tembakau kecil. Dalam kultur jaringan ini, juga digunakan untuk mencari kondisi media yang cocok dan sesuai untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan bibit tanaman tembakau agar nantinya memiki kegunaan dalam usaha membudidayaan tanaman tembakau untuk kesejahteraan manusia.
Metode yang dipakai dalam teknik perbanyakan tanaman tembakau ini termasuk dalam proses mikropropagasi yang melibatkan beberapa tahap mulai dari penyiapan alat dan bahan, penyiapan ekspla, penanaman ekspla, sampai nantinya pada aklimatisasi.






b.      Dasar Teori

Organogenesis ialah proses perkembangan pucuk atau akar adventif dari masa sel – sel kalus baik secara langsung maupun tidak langsung.
Perbanyakan tunas melalui organogenesis langsung ialah perbanyakan tanaman dengan menggunakan perbanyakan tunas adventif yang tumbuh yang berasal dari eksplan. Tunas adventif ini terbentuk dari jaringan eksplan dan tidak berkembang menjadi kalus. Tetapi terkadang jaringan ini kalau terpotong dan membentuk kalus yang akhirnya menjadi tunas adventif. Tunas adventif yang terbentuk dari kalus ini tidak bisa digunakan kembali dalam sub kultur.
Pembentukan tunas secara langsung tersebut sangatlah bergantung pada bagian tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan dan spesies tanaman tersebut. Pada beberapa macam spesies, kultur adventif dapat menggunakan dari beberapa bagian dari tanaman seperti daun,  petal atau dapat juga menggunakn batang sebagai ekspalan, sedangkan pada spesies lainnya ada yang menggunakan akar atau umbi, embrio, atau kecambah.
Perbanyakan dengan menggunakan tunas melalui organogenesis tidak langsung adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan perbanyakan tunas adventif dari kalus yang tumbuh dari bahan eksplan. Tunas adventif ataupun akar terbentuk dimulai dengan pertumbuhan kalus sehingga proses organogenesis ini dikatakan tidak langsung. Kultur kalus memiliki potensi morfogenesis yang sanagat bervariasi. Kalus yang dihasilkan dari kultur tanaman ini seringkali gagal beregenerasii membentuk tunas, akan tetepi hanya membentuk akar. Tetapi tidak berarti bahwa kalus ini tidak dapat tumbuh, tetapi hanya saja kondisi dan media yang digunakan harus disesuaikan dengan eksplan yang digunakan.
Sebelum dilakukan regenerasi kalus terkadang melakukan pemecahan kalus terlebih dahulu untuk dimasukkan ke dalam medium baru dengan bertujuan untuk meningkatkan pembelahan  pada sel. Sub kultur kalus ini dapat dilakukan secara berulang – ulang tetapi cara ini dapat menghilangkan kemampuan morfogenetik sel.
Perbanyakan tanaman melalui kalus akan dapat menghasilkan tanaman dengan genetik yang bervariasi tetapi jika dilihat dari asalnya akan terlihat seragam secara genetik.
Organogenesis daun tembakau ialah salah satu dari contoh organogenesis langsung dimana tunas adventif tumbuh dari kalus eksplan.
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan organogenesis daun tembakau, diantaranya adalah kondisi fisiologis dari tanaman eksplan dan kondisi lingkungan disekitar  kultur. Kondisi fisiologis pada tanaman sangat berkaitan dengan kualitas dari tanamna tersebut, sedangkan kondisi lingkungan sekitar kultur dapat berupa media yang digunakan, cahaya yang dibutuhkann, suhu didalam media maupun diluar media,  ketersediaan air di dalam media, dan zat pengatur tumbuhnya.
Medium dasar yang biasa digunakan dalam organogenesis daun tembakau ialah MS (Murashige dan Skoog). Selain medium dasar juga digunakan media seperti ZPT berupa auksin dan sitokinin yang memiliki fungsi dalam pengaturan pembelahan, pemanjangan sel, diferensiasi sel, dan pembentukan organ.

c.       Alat-alat dan bahan yang digunakaun untuk organogenesis tembakau
Alat yang digunakan antara lain ;
1.      Cawan petri 2 buah
2.      Botol kultur 9 buah
3.      Pinset 1 buah
4.      Skalpel 1 buah
5.      Blade
6.      Lampu spiritus 1 buah
7.      Botol semprot isi alkohol 70 %
8.      Korek bensol
9.      Laminar iar flow
10.  Masker dan latek
11.  Tisueee

Bahan yang digunakan adalah ;
1.      Daun tembakau yang lebar dan masih segar sebagai eksplan.
2.      Media atau medium tembakau :
a.       B0NO
b.      B0N5
c.       B0N7
d.      B5N0
e.       B5N5
f.       B5N6
g.      B6N0
h.      B6N5
i.        B6N6
3.      Akuades
4.      Alkohol 70 %
5.      Kaporit 5 %

d.      Cara kerja yang dilakukan dalam organogenesis tembakau

1.      Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktik menanam daun tembakau.
2.      Mengambil daun tembakau dari tanaman sebagai eksplan.
3.      Mencuci bersih daun tembakau dengan air mengalir dan sabun.
4.      Memotong dengan ukuran 3 x 3 cm.
5.      Merendam potongan daun tembakau dengan alkohol 70 % selama 5 menit.
6.      Membersihkan permukaan meja LAF.
7.      Mensterilkan alat dan dahan yang akan digunakan.
8.      Jika sudah mencapai 5 menit maka potongan daun direndam dalam kaporit 5 % selama 15 menit
9.      Jika sudah 15 menit maka angkatlah eksplan dari larutan kaporit dan letakkan pada cawan petri.
10.  Kemudian memotong – motong eksplan menjadi bagian yang lebih kecil yaitu 1 cm.
11.  Meletakkan atau menanam eksplan tersebut dalam media dengan posisi terbalik agar stomata berada di permukaan. Pada botol yang kecil berisi 2 potong eksplan dan yang besar berisi 3 potong eksplan.
12.   Memelihara dalam ruang kultur dan menjaga temperatur atau suhu ruangan 23 – 26 ᵒ C dengan pencahayaan yang terus – menerus.
13.  Mengamati pertumbuhan kalus, pucuk, dan akar setiap minggunya.
14.  Mencatat hasil pengamatan.
Komposisi medium :
Dalam 500 ml media mengandung :
No
STOK
Jumlah (ml)
B0N0
B0N7
B0N5
B5N0
B6N0
1
A
25
25
25
25
25
2
B
5
5
5
5
5
3
C
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
4
D
5
5
5
5
5
5
NAA 10-5
0
5
5
0
0
6
BAP 10-4
0
0
0
5
5
7
SUKROSA
15 gr
15 gr
15 gr
15 gr
15 gr
8
AQUADES
Sampai  V=500 ml
Sampai  V=500 ml
Sampai  V=500 ml
Sampai  V=500 ml
Sampai  V=500 ml
9
PH
5,7
5,7
5,7
5,7
5,7
10
AGAR
4 gr
4 gr
4 gr
4 gr
4 gr
15.   
No
STOK
Jumlah (ml)
B6N7

B56N0
B6N6


1
A
25
25
25


2
B
5
5
5


3
C
0,5
0,5
0,5


4
D
5
5
5


5
NAA 10-5
5
0
5


6
BAP 10-4
5
2,5
2,5


7
SUKROSA
15 gr
15 gr
15 gr


8
AQUADES
Sampai  V=500 ml
Sampai  V=500 ml
Sampai  V=500 ml


9
PH
5,7
5,7
5,7


10
AGAR
4 gr
4 gr
4 gr




e.       Hasli dan Foto

Hasil :
NO
MEDIA
TUMBUH
MATI
KONTAMINASI JAMUR
KONTAMINASI BAKTERI
1
B0N0



2
B0N5



3
B0N7
 √



4
B5N0



5
B5N5



6
B5N6



7
B6N0



8
B6N5



9
B6N6




Keterangan :
A = Akar
B = Tunas
C = Kalus
D = Hidup tetapi tidak tumbuh
E = Kontaminasi jamur

F = Kontaminasi bakteri

a.      Pembahasan

Pertama-tama praktikum ini diawali dengan pemilihan eksplan yang baik dan setelah itu melalui beberapa tahap demi tahap sampai akhirnya dirawat di ruang kultur. Medium yang digunakan dalam praktikum organogenesisi daun tembakau ialah sebagai berikut : B0NO, B0N5, B0N7, B5N0, B5N5, B5N6, B6N0, B6N5, dan B6N6. ZPT atau zat pengatur tumbuh yang ditambahkan pada medium ialah NAA (auksin) dan BAP (ZPT) dengan konsentrasi pada tiap mediayang berbeda-beda.
Pada praktikum yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada hasil dan foto di atas. Awalnya praktikum organogenesis daun tembakau yang sudah dilakukan mengalami keberhasilan, tetapi ada satu yang terkena terjadi kontaminasi jamur. Hal ini bukan disebabkan oleh eksplan yang digunakan akan tetapi lebih mengarah pada kesalahan prosedur pada tanaman yang dipakai sebagai eksplan ialah tanaman yang sehat dan masih dalam keadaan segar.
Beberapa kesalahan prosedur yang terjadi pada saat praktikum ialah
1.      Pada saat mencucian daun tidak dicuci dengan bersih .
2.      Pada saat menanaman kondisi alat dan lingkungan sekitar tidak steril, seharusnya kegiatan kultur jaringna harus dalam keadaan steril sehingga bebas dari virus, bakteri dan jamur.
3.      Ukuran eksplan yang digunakan terlalu besar. Semakin besar ukuran eksplan yang digunakan maka semakin besar kemungkinan untuk kontaminasi. Tetapi semakin kecil ukuran eksplan maka semakin besar kemingkinan untuk sel – selnya mati. Oleh sebab itu ukuran eksplan harus betul-betul diperhatikan dalam penanaman dengan menggunakan kultur jaringan.
Pada praktikum praktikum ini hanya satu yang kontaminasi , yaitu pada medium B0N0, sedangkan yang lainnya tumbuh, yaitu seperti B0N5,  B0N7,  B5N0 ,  B0N7,  B5N6, B6N0,  B6N5 , B6N6.


b.      Kesimpulan Dari Praktikum diatas

Dari praktikum diatas dapat disimpulkan ;

1.      Organogenesis ialah proses perkembangan pucuk atau akar adventif dari masa sel – sel kalus baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.      Perbanyakan tunas melalui organogenesis langsung ialah perbanyakan tanaman dengan menggunakan perbanyakan tunas adventif yang tumbuh yang berasal dari eksplan.
3.      Perbanyakan dengan menggunakan tunas melalui organogenesis tidak langsung adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan perbanyakan tunas adventif dari kalus yang tumbuh dari bahan eksplan.
4.      Medium yang digunakan dalam praktikum organogenesisi daun tembakau ialah sebagai berikut : B0NO, B0N5, B0N7, B5N0, B5N5, B5N6, B6N0, B6N5, dan B6N6. ZPT atau zat pengatur tumbuh yang ditambahkan pada medium ialah NAA (auksin) dan BAP (ZPT) dengan konsentrasi pada tiap mediayang berbeda-beda.
5.      Pada praktikum praktikum ini hanya satu yang kontaminasi , yaitu pada medium B0N0, sedangkan yang lainnya tumbuh, yaitu seperti B0N5,  B0N7,  B5N0 ,  B0N7,  B5N6, B6N0,  B6N5 , B6N6.
6.      Beberapa kesalahan prosedur yang terjadi pada saat praktikum ialah
·         Pada saat mencucian daun tidak dicuci dengan bersih .
·         Pada saat menanaman kondisi alat dan lingkungan sekitar tidak steril, seharusnya kegiatan kultur jaringna harus dalam keadaan steril sehingga bebas dari virus, bakteri dan jamur.
·         Ukuran eksplan yang digunakan terlalu besar. Semakin besar ukuran eksplan yang digunakan maka semakin besar kemungkinan untuk kontaminasi. Tetapi semakin kecil ukuran eksplan maka semakin besar kemingkinan untuk sel – selnya mati. Oleh sebab itu ukuran eksplan harus betul-betul diperhatikan dalam penanaman dengan menggunakan kultur jaringan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar