a.
Pendahuluuan
Tanaman
tembakau ialah
suatu tanaman yang sangat
populer di dunia pada umumnya di Negara Indonesia pada
khususnya. Hal ini yang
disebabkan munculnya tanaman
tersebut karena mempunyai nilai
ekonomis yang sangat tinngi, terutama pada
bagian daunnya. Daun tembakau merupakan bahan utama dalam produksi pembuatan rokok jenis
apapun, seperti rokok jarum super, La dan lain-lain.
Rokok itu sendiri banyak sekali di konsumsi
oleh kurang lebih sebagian besar penduduk dunia terutama masyarakat indonesia, walaupun dapat kita ketahui bahwa
merokok itu sangat
berbahaya bagi kesehatan
kita dan orang banyak. Oleh sebab itu
tanaman tembakau memeiliki nilai ekonomis yang
tinggi itulah mengapa
para petani tembakau tetap mempertahankan usahanya untuk tetap memproduksi
tanaman tembakau yang dibuat
untuk bahan baku rokok.
Selain
sebagai bahan baku
utama pembuatan rokok, tanaman tembakau juga
memiliki
beberapa fungsi penting yaitu
1. Menghasilkan
Protein anti kanker
Tembakau
tidak selalu memiliki nilai yang berkonotasi negative, ternyata tanaman tembaku
juga mengasilkan protein anti kanker yang berguna mengobati penderita yang
terkena penyakit kanker.
2.
Melepaskan
gigitan dari hewan lintah
Tembakau digunakan oleh berbagai macam produk baik
minuman maupun makanan, tembakau juga sangat bermafaat melepaskan diri dari
gigitan lintah kalau kita berada di dalam hutan.
3. Mengobati HiV atau AIDS
Tanaman tembakau juga mengasilkan protein yang
digunakan untuk Human immunodeficiny virus ( HIV ), penyebab AIDS yang disebut
dengan griffthsin.
4. Penghilang embun
Tembakau juga
bermanfaat untuk menghilangkan embun pada kaca mobil pada waktu hujan yang
sangaat deras, mengilangkannya dengan cara menggosokan tembakau pada kaca
tersebut.
Para petani tanaman tembakau
biasanya membudidayakan tanaman tersebut
dengan
teknik yang sangat tradisional,
yaitu dengan cara menghasilkan
bibit secara tradisisonal atau
mengecambahkan biji tembakau. Hasinlnya
dari pembibitan yang masih dilakukan secara tradisional tersebut belum tentu memiliki berkualitas baik,
terkadang pertumbuhan dan perkembangnannya juga berkurang atau lambat. Selain itu, faktor dari luar atau alam juga ikut
berpengaruh besar dalam membudidayaan
tanaman temabakau karena dalam
pembibitan tidak dapat berhasil
jika dilakukan pada musim hujan karena bijinya
akan terbawa oleh air, sedangkan tanaman tembakau tidak membutuhkan banyak air
dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Dengan melihat fakta yang ada maka dari
itu dengan menggunakan
kultur jaringan ini diharapkan mampu menghasilkan
tanaman – tanaman tembakau yang berkualitas baik, bebas dari penyakit, virus, bakteri dan sifatnya
yang seragam atau sama dengan induknya.
Selain itu, pembibitan dalam kultur jaringan tidak membutuhkan tanah yang luas
serta waktu yang relative sangat
singkat.
Oleh
karena itu maka dalam
praktikum kultur jaringan ini akan dilakukan percobaan agar dapat mendapatkan dan memiliki
bibit tanaman tembakau dengan kualitas yang baik, produksinya yang tinggi, bebas dari
hama dan penyakit, virus,
serta sifatnya yang seragam dan mampu
membatu para petani tembakau kecil. Dalam kultur jaringan
ini, juga digunakan untuk
mencari kondisi media yang cocok dan
sesuai untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan bibit
tanaman tembakau agar nantinya memiki
kegunaan dalam usaha membudidayaan tanaman
tembakau untuk kesejahteraan manusia.
Metode
yang dipakai dalam teknik
perbanyakan tanaman tembakau ini termasuk
dalam
proses mikropropagasi yang melibatkan beberapa tahap mulai dari penyiapan alat
dan bahan, penyiapan ekspla, penanaman ekspla, sampai nantinya pada
aklimatisasi.
b. Dasar Teori
Organogenesis
ialah proses perkembangan
pucuk atau akar adventif dari masa sel – sel kalus baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Perbanyakan
tunas melalui organogenesis langsung
ialah perbanyakan tanaman dengan menggunakan perbanyakan tunas
adventif yang tumbuh yang berasal
dari eksplan. Tunas adventif ini terbentuk
dari jaringan eksplan dan tidak berkembang menjadi
kalus.
Tetapi terkadang jaringan ini kalau terpotong
dan membentuk kalus yang akhirnya menjadi tunas adventif. Tunas adventif yang
terbentuk dari kalus ini tidak
bisa digunakan kembali dalam sub kultur.
Pembentukan
tunas secara langsung tersebut sangatlah
bergantung pada bagian tanaman yang
akan digunakan sebagai eksplan dan spesies tanaman
tersebut. Pada beberapa macam
spesies, kultur adventif dapat menggunakan
dari beberapa bagian dari tanaman seperti daun, petal atau dapat juga menggunakn batang sebagai ekspalan,
sedangkan pada spesies lainnya
ada yang menggunakan akar atau umbi, embrio, atau kecambah.
Perbanyakan dengan menggunakan
tunas melalui organogenesis tidak langsung
adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan perbanyakan tunas
adventif dari kalus yang tumbuh dari
bahan eksplan. Tunas adventif ataupun akar terbentuk dimulai dengan pertumbuhan
kalus sehingga proses organogenesis
ini dikatakan tidak langsung. Kultur kalus memiliki potensi morfogenesis
yang sanagat bervariasi. Kalus yang dihasilkan dari kultur tanaman ini seringkali gagal
beregenerasii membentuk tunas, akan tetepi
hanya
membentuk akar. Tetapi tidak
berarti bahwa kalus ini tidak
dapat tumbuh, tetapi hanya
saja kondisi dan media yang digunakan harus disesuaikan dengan eksplan yang digunakan.
Sebelum
dilakukan regenerasi kalus terkadang melakukan
pemecahan
kalus terlebih dahulu untuk dimasukkan ke dalam medium baru dengan bertujuan untuk
meningkatkan pembelahan pada sel. Sub kultur
kalus ini dapat dilakukan secara
berulang – ulang tetapi cara ini dapat
menghilangkan kemampuan morfogenetik sel.
Perbanyakan
tanaman melalui kalus akan dapat menghasilkan tanaman
dengan genetik yang bervariasi tetapi jika dilihat dari asalnya akan terlihat
seragam secara genetik.
Organogenesis
daun tembakau ialah salah
satu dari contoh organogenesis
langsung dimana tunas adventif tumbuh dari kalus eksplan.
Ada
dua faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan organogenesis daun tembakau, diantaranya
adalah kondisi fisiologis dari tanaman eksplan
dan kondisi lingkungan disekitar kultur. Kondisi fisiologis pada tanaman sangat berkaitan dengan
kualitas dari tanamna tersebut, sedangkan kondisi lingkungan sekitar kultur dapat berupa
media yang digunakan, cahaya yang dibutuhkann,
suhu didalam media maupun diluar media,
ketersediaan air di dalam media, dan zat
pengatur tumbuhnya.
Medium
dasar yang biasa digunakan dalam organogenesis daun tembakau ialah MS
(Murashige dan Skoog). Selain medium dasar juga digunakan media
seperti ZPT
berupa auksin dan sitokinin yang memiliki fungsi dalam
pengaturan pembelahan, pemanjangan sel, diferensiasi sel, dan pembentukan
organ.
c. Alat-alat dan bahan yang digunakaun untuk
organogenesis tembakau
Alat
yang digunakan antara lain ;
1. Cawan
petri 2 buah
2. Botol
kultur 9 buah
3. Pinset 1 buah
4. Skalpel 1 buah
5. Blade
6. Lampu
spiritus 1 buah
7. Botol
semprot isi alkohol 70 %
8. Korek bensol
9. Laminar
iar flow
10. Masker dan latek
11. Tisueee
Bahan
yang digunakan adalah ;
1. Daun
tembakau yang lebar dan masih segar
sebagai eksplan.
2. Media
atau medium tembakau :
a. B0NO
b. B0N5
c. B0N7
d. B5N0
e. B5N5
f. B5N6
g. B6N0
h. B6N5
i.
B6N6
3. Akuades
4. Alkohol
70 %
5. Kaporit
5 %
d. Cara kerja yang dilakukan dalam organogenesis tembakau
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
dalam praktik menanam daun tembakau.
2. Mengambil
daun tembakau dari tanaman sebagai eksplan.
3. Mencuci
bersih daun tembakau dengan air mengalir dan sabun.
4. Memotong
dengan ukuran 3 x 3 cm.
5. Merendam
potongan daun tembakau dengan alkohol 70 % selama 5 menit.
6. Membersihkan
permukaan meja LAF.
7. Mensterilkan
alat dan dahan yang akan digunakan.
8. Jika
sudah mencapai 5 menit maka potongan daun direndam dalam kaporit 5 % selama 15
menit
9. Jika
sudah 15 menit maka angkatlah eksplan dari larutan kaporit dan letakkan pada
cawan petri.
10. Kemudian
memotong – motong eksplan menjadi bagian yang lebih kecil yaitu 1 cm.
11. Meletakkan
atau menanam eksplan tersebut dalam media dengan posisi terbalik agar stomata
berada di permukaan. Pada botol yang kecil berisi 2 potong eksplan dan yang
besar berisi 3 potong eksplan.
12. Memelihara dalam ruang kultur dan menjaga
temperatur atau suhu ruangan 23 – 26 ᵒ C dengan pencahayaan yang terus –
menerus.
13. Mengamati
pertumbuhan kalus, pucuk, dan akar setiap minggunya.
14. Mencatat
hasil pengamatan.
Komposisi
medium :
Dalam
500 ml media mengandung :
No
|
STOK
|
Jumlah (ml)
|
||||
B0N0
|
B0N7
|
B0N5
|
B5N0
|
B6N0
|
||
1
|
A
|
25
|
25
|
25
|
25
|
25
|
2
|
B
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
3
|
C
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
4
|
D
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
NAA 10-5
|
0
|
5
|
5
|
0
|
0
|
6
|
BAP 10-4
|
0
|
0
|
0
|
5
|
5
|
7
|
SUKROSA
|
15 gr
|
15 gr
|
15 gr
|
15 gr
|
15 gr
|
8
|
AQUADES
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
9
|
PH
|
5,7
|
5,7
|
5,7
|
5,7
|
5,7
|
10
|
AGAR
|
4 gr
|
4 gr
|
4 gr
|
4 gr
|
4 gr
|
15.
No
|
STOK
|
Jumlah (ml)
|
||||
B6N7
|
B56N0
|
B6N6
|
||||
1
|
A
|
25
|
25
|
25
|
||
2
|
B
|
5
|
5
|
5
|
||
3
|
C
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
||
4
|
D
|
5
|
5
|
5
|
||
5
|
NAA 10-5
|
5
|
0
|
5
|
||
6
|
BAP 10-4
|
5
|
2,5
|
2,5
|
||
7
|
SUKROSA
|
15 gr
|
15 gr
|
15 gr
|
||
8
|
AQUADES
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
Sampai V=500 ml
|
||
9
|
PH
|
5,7
|
5,7
|
5,7
|
||
10
|
AGAR
|
4 gr
|
4 gr
|
4 gr
|
e. Hasli dan Foto
Hasil :
NO
|
MEDIA
|
TUMBUH
|
MATI
|
KONTAMINASI JAMUR
|
KONTAMINASI BAKTERI
|
1
|
B0N0
|
√
|
|||
2
|
B0N5
|
√
|
|||
3
|
B0N7
|
√
|
|||
4
|
B5N0
|
√
|
|||
5
|
B5N5
|
√
|
|||
6
|
B5N6
|
√
|
|||
7
|
B6N0
|
√
|
|||
8
|
B6N5
|
√
|
|||
9
|
B6N6
|
√
|
Keterangan :
A = Akar
B = Tunas
C = Kalus
D = Hidup tetapi tidak tumbuh
E = Kontaminasi jamur
F = Kontaminasi bakteri
a. Pembahasan
Pertama-tama
praktikum ini diawali dengan pemilihan eksplan yang baik dan setelah itu
melalui beberapa tahap demi tahap sampai akhirnya dirawat di ruang kultur.
Medium yang digunakan dalam praktikum organogenesisi daun tembakau ialah
sebagai berikut : B0NO, B0N5, B0N7, B5N0,
B5N5, B5N6, B6N0, B6N5, dan B6N6. ZPT atau zat pengatur tumbuh yang
ditambahkan pada medium ialah NAA
(auksin) dan BAP (ZPT) dengan konsentrasi pada tiap mediayang berbeda-beda.
Pada
praktikum yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada hasil dan foto di atas.
Awalnya praktikum organogenesis daun tembakau yang sudah dilakukan mengalami
keberhasilan, tetapi ada satu yang terkena terjadi kontaminasi jamur. Hal ini
bukan disebabkan oleh eksplan yang digunakan akan tetapi lebih mengarah pada kesalahan
prosedur pada tanaman yang dipakai sebagai eksplan ialah tanaman yang sehat dan
masih dalam keadaan segar.
Beberapa
kesalahan prosedur yang terjadi pada saat praktikum ialah
1. Pada
saat mencucian daun tidak dicuci
dengan bersih .
2. Pada
saat menanaman kondisi alat
dan lingkungan sekitar
tidak steril, seharusnya kegiatan kultur jaringna harus dalam keadaan steril sehingga bebas dari virus, bakteri dan jamur.
3. Ukuran
eksplan yang digunakan terlalu besar. Semakin besar ukuran eksplan yang digunakan maka semakin
besar kemungkinan untuk kontaminasi. Tetapi semakin kecil ukuran eksplan maka
semakin besar kemingkinan untuk sel – selnya mati. Oleh sebab itu ukuran eksplan
harus betul-betul diperhatikan
dalam penanaman dengan
menggunakan kultur jaringan.
Pada
praktikum praktikum ini hanya satu yang kontaminasi , yaitu pada medium B0N0,
sedangkan yang lainnya tumbuh, yaitu seperti B0N5, B0N7,
B5N0 , B0N7, B5N6, B6N0,
B6N5 , B6N6.
b.
Kesimpulan
Dari Praktikum diatas
Dari praktikum diatas dapat disimpulkan ;
1. Organogenesis
ialah proses perkembangan
pucuk atau akar adventif dari masa sel – sel kalus baik secara langsung maupun
tidak langsung.
2. Perbanyakan
tunas melalui organogenesis langsung
ialah perbanyakan tanaman dengan menggunakan perbanyakan tunas adventif
yang tumbuh yang berasal
dari eksplan.
3. Perbanyakan dengan menggunakan
tunas melalui organogenesis tidak langsung
adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan perbanyakan tunas
adventif dari kalus yang tumbuh dari
bahan eksplan.
4. Medium
yang digunakan dalam praktikum organogenesisi daun tembakau ialah sebagai
berikut : B0NO, B0N5, B0N7, B5N0, B5N5,
B5N6, B6N0, B6N5, dan B6N6. ZPT
atau
zat pengatur tumbuh yang ditambahkan
pada
medium ialah NAA
(auksin) dan BAP (ZPT) dengan
konsentrasi pada tiap mediayang berbeda-beda.
5. Pada
praktikum praktikum ini hanya satu yang kontaminasi , yaitu pada medium B0N0,
sedangkan yang lainnya tumbuh, yaitu seperti B0N5, B0N7,
B5N0 , B0N7, B5N6, B6N0,
B6N5 , B6N6.
6. Beberapa
kesalahan prosedur yang terjadi pada saat praktikum ialah
·
Pada saat mencucian daun tidak dicuci
dengan bersih .
·
Pada saat menanaman kondisi alat
dan lingkungan sekitar
tidak steril, seharusnya kegiatan kultur jaringna harus dalam keadaan steril sehingga bebas dari virus, bakteri dan jamur.
·
Ukuran eksplan yang
digunakan terlalu besar. Semakin besar ukuran eksplan yang digunakan maka semakin
besar kemungkinan untuk kontaminasi. Tetapi semakin kecil ukuran eksplan maka
semakin besar kemingkinan untuk sel – selnya mati. Oleh sebab itu ukuran eksplan
harus betul-betul diperhatikan
dalam penanaman dengan
menggunakan kultur jaringan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar