a.
Pendahuluan
Melinjo
(Gnetum Gnemon L) merupakan tanaman
dengan berbiji terbuka. Melinjo termasuk dalam famili Gnetaceae. Pada tanaman jantan dan bunga betina memiliki tanaman
tidak sama dalam satu spesies. Bagian dari melinjo yang memiliki nilai jual
yang paling tinggi ialah bagian bijinya. Bagian dari biji melinjo dapat dibuat
makananyang dibuat secara tradisional, yaitu makanan yang sangat digemari
adalah emping. Bahkan melinjo merupakan komoditas ekspor yang paling terbesar
di indonesia.
Budidaya
melinjo pada saat ini masih menggunakan perkembangbiakan generatif dan
vegetatif konvensional. Perkembangbiakn secara generatif dengan menggunakan
biji. Dalam biji ini memiliki kulit biji yang amat keras sehingga dalam
perkecambahannya memerlukan waktu yang sangat lama, mencapai 12 bulan, sehingga
menyebankan merugikan bagi petani, khususnya para petni kecil dan dalam
memebedakan tanaman jantan dan betina sangatlah sulit. Teknik dengan
menggunakan vegetatif konvensional juga belum memberikan solusi bagi petani.
Dalam perkembanagnnya biji melinjo sangat sulit dan memerrlukan waktu yang
sangat lama dalam pembentukan akar
misalnya stek, cangkok, dan penyambungan.
Oleh
sebab itu perlu adanya teknik yang mampu mengatasi kekurangan-kekurangan dan
kelemahan dalam mengatasi teknik perkembangbiakan secara konvensional. Teknik
yang dapat digunakan ialah dengan menggunakan sebuah teknik yang sangat
sedrehana yaitu teknik kultur jaringan. Dengan kultur jaringan maka dalam
memperoleh jumlah bibit melinjo yang banyak dengan waktu yang relatif singkat.
Selain itu tanaman akan bebas penyakit dan virus dan memiliki biji melinjo yang
besar-besar. Yang paling menguntungkan dari kultur jaringan ini ialah dapat
dipisahkan antara tanaman yang jantan maupun yang betina dan dalam pemilihan
eksplan dapat diseleksi dan dipisahkan antara pohon jantan dan betina.
Kultur
jaringan yang biasanya digunakan pada melinjo ialah kultur meristem. Kultur
meristem menggunakan jaringan meristematik, yaitu jaringannya mempunyai
kemampuan untuk terus tumbuh.
b. Dasar
Teori
Kultur
meristem merupakan teknik kultur jaringan dengan menggunakan potongan tunas
yang sangat kecil yang berasal dari bagian pucuk. Tunas tersebut terdiri dari
satu kubah meristem dan beberapa primordia daun. Jaringan meristem merupakan
jaringan tumbuhan yang memiliki kemampuan untuk terus tumbuh. Tujuan dari
kultur ini yaitu untuk mendapatkan tanaman yang bebas virus dari bahan induk
yang terinveksi. (Kartha, 1984 dalam Zulkarnain, 2009)
Meristem
yang biasa digunakan ialah kubah apical atau meristem apikal. Meristem apikal
berada pada bagian paling ujung meristem, sehingga bagian ini merupakan bagian
yang bebas virus meskipun tanaman induk sakit.( Dodds dan Roberts,1985 dalam
Zulkarnainm 2009). Menurut Schwabe, 1984 dalam Zulkarnain, 2009, jaringan
meristem yang terbebas dari inveksi virus ini
disebabkan karena vakuola yang dimilikinya memiliki sel-sel meristem
sangat sedikit. Di samping itu lintasan vaskuler di jaringan meristem
terhambat. Sejumlah primordia daun juga
dapat diikutsertakan karena eksplan yang sangat kecil sangat sulit untuk
menumbuhkan akar.
Menurut
Bajaj(1981) dalam Zukarnain (2009) kultur meristem dapat menghindarkan
terjadinya aberasi kromosom dan perubahan-perubahan pada tingkat inti dan
ploidi yang disebabkan oleh subkultur yang panjang. Sel-sel meristem secara
genetik bersifat stabil.
Tahap-tahap
kultur meristem melinjo ialah pemilihan tanaman sumber eksplan, sterilisasi
eksplan, isolasi meristem, induksi tunas, multiplikasi tunas,induksi akar, dan
aklimatisasi.
Lingkungan
kultur merupakan hasil interaksi antara bahan tanaman, wadah kultur, dan
lingkungan eksternal ruang kultur, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
suatu sistem kultur jaringan. Faktor lingkungan terdiri dari suhu ruangan
kultur,cahaya, karbondioksida, oksigen, etilen, dan kelembaban. Kisaran suhu
pada kultur in vitro adalah 20-27º C. Pengaruh cahaya ialah pada
fotomorfogenesis bukan pada fotosintesis karena glukosa sudah disuplai dari media.kadar
CO2 di dalam botol kultur sangat berpengaruh pada fotosintesis. Oksigen
merupakan salah satu pembatas pembelahan dan pertumbuhan sel-sel pada jaringan
yang dikulturkan secara in vitro.
Etilen yang terlalu banyak pada botol kultur akan mengakibatkan penghambatan
morfogenesis. Kelembaban pada botol kultur adalah 90%.
c.
Alat dan Bahan
Alat
:
1.
Cawan Petri 2 buah
2.
Tabung reaksi 2 buah untuk tempat media
3.
Botol kultur 2 buah untuk merendam
eksplan dengan alcohol 70 %, 1 untuk merendam eksplan dengan kaporit 5 % )
4.
Pinset
5.
Scalpel
6.
Blade
7.
Lampu spirtus
8.
Botol semprot isi allkohol 70 %
9.
Korek api
10. Kapas
11. Laminar
Air flow
Bahan
:
1. Tunas
Melinjo
2. Medium
kultur meristem melinjo yang telah di sterilkan dalam autoklaf ( B56N7)
Komposisi
media B56N7
No
|
STOK
|
Jumlah (ml)
|
1
|
A
|
25
|
2
|
B
|
5
|
3
|
C
|
0,5
|
4
|
D
|
5
|
5
|
NAA 10-5
|
5
|
6
|
BAP 10-3
|
2,5
|
7
|
SUKROSA
|
15 gr
|
8
|
AQUADES
|
Sampai V=500 ml
|
9
|
PH
|
5,7
|
10
|
AGAR
|
4
gr
|
3. Alkohol
70 %
4. Kaporit
5 %
Catatan : setiap alat
dan bahan yang disiapkan unuk satu orang
d.
Cara Kerja yang
dilakukan dalam kultur jaringan kultur melinjo
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang kan digunakan.
2. Mencuci
bersih tunas melinjo dengan menggunakan air mengalir.
3. Merendam
tunas melinjo dalam alkohol 70 % selama 5 menit.
4. Mensterilkan
tunas dengan merendamnya dalam larutan kaporit 5 % selam a15 menit.
5. Mengisolasi
meristem sampai berukuran 1 mm.
6. Menanam
pada media induksi tunas.
7. Memelihara
dalam ruang kultur.
8. Melakukan
pengamatan dan mencatat hasil yang diamati.
e.
Hasil dan Foto
Hasil :
NO
|
MEDIA
|
MINGGU I
|
MINGGU II
|
MINGGU III
|
MINGGU IV
|
1
|
B56N7
|
Hidup
|
Hidup
|
Hidup
|
E
|
2
|
B56N7
|
Hidup
|
hidup
|
E
|
E
|
a.
Pembahasan
Kultur
meristem merupakan teknik kultur jaringan dengan menggunakan potongan tunas
yang sangat kecil yang berasal dari bagian pucuk. Tunas tersebut terdiri dari
satu kubah meristem dan beberapa primordia daun. Jaringan meristem merupakan
jaringan tumbuhan yang memiliki kemampuan untuk terus tumbuh. Tujuan dari
kultur ini yaitu untuk mendapatkan tanaman yang bebas virus dari bahan induk
yang terinveksi. (Kartha, 1984 dalam Zulkarnain, 2009)
Ukuran
pucuk atau meristem yang digunakan dalam kultur ini sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan cara praktikum kultur melinjo ini. Maka jika meristem yang dipakai
dalam kultur ini besar maka dapat dihasilkan tunas aksilar yang banyak. Tetapi
cara yang digunakan ini beresiko pada tinnginya tingkat kontaminasi karena
secara logikanya jika eksplanya besar maka akan lebih sulit dalam proses
sterilisasinya dan tanaman yang besar meristemnya juga sulit dipisaahkan dari
pucuk daunnya .
Dari
dua tabung reaksi yang ditanami meristem, semuanya mengalami kontaminasi.
Kontaminasi terjadi pada terakhir setelah penanaman dilakukan. Hal ini terjadi
karena pada saat penanaman berlangsung, pucuk yang digunakan sudah terlalu lama
berada dalam ruangan terbuka sehingga tertempel oleh spora jamur dan jamurpun
berkembang dengan cepat.
Dalam
praktikum kali ini menggunakan pucuk melinjo karena meristem pada pucuk melinjo
sangat mudah untuk diambil dibandingkan dengan tanamna lain yang mempunyai
meristem yang rumit dan sulit untuk diisolasi. Dalam media B56N7 ini meristem
melinjo dapat tumbuh dengan baik karena penggunaan medianya yang cocok. Media
ini mengandung NAA yang lebih rendah dibandingkan dengan BAP ( sitokinin ).
Sitokinin
memiliki fungsi sebagai induktor perkembangan dan pertumbuhan ekaplan,
sedangkan auksin berfungsi dalam pemanjangan
sel – sel pucuk. Selain komposisi media yang sesuai, kultur meristen ini
harus dilakukan secara berhati – hati terutama pada saat proses mengisolasi
karena bentuk meristem yang sangat kecil. Penyimpanan juga harus dilakukan
secara benar agar tidak ada mikroognanisme atau spora yang masuk dalam tabung
raksi media tersebut.
b.
Kesimpulan
Dari
Praktkikum diatas dapat disimpulkan ;
1.
Kultur meristem
merupakan teknik kultur jaringan dengan menggunakan potongan tunas yang sangat
kecil yang berasal dari bagian pucuk. Tunas tersebut terdiri dari satu kubah
meristem dan beberapa primordia daun.
2. Tujuan
dari kultur ini yaitu untuk mendapatkan tanaman yang bebas virus dari bahan
induk yang terinveksi. (Kartha, 1984 dalam Zulkarnain, 2009)
3.
Dari dua tabung reaksi
yang ditanami meristem, semuanya mengalami kontaminasi. Kontaminasi terjadi
pada terakhir setelah penanaman dilakukan. Hal ini terjadi karena pada saat
penanaman berlangsung, pucuk yang digunakan sudah terlalu lama berada dalam
ruangan terbuka sehingga tertempel oleh spora jamur dan jamurpun berkembang
dengan cepat
4.
Dalam praktikum kali
ini menggunakan pucuk melinjo karena meristem pada pucuk melinjo sangat mudah
untuk diambil dibandingkan dengan tanamna lain yang mempunyai meristem yang
rumit dan sulit untuk diisolasi
5.
Sitokinin memiliki
fungsi sebagai induktor perkembangan dan pertumbuhan ekaplan, sedangkan auksin
berfungsi dalam pemanjangan sel – sel pucuk.
Selain komposisi media yang sesuai, kultur meristen ini harus dilakukan secara
berhati – hati terutama pada saat proses mengisolasi karena bentuk meristem
yang sangat kecil
mantaf ms vroh
BalasHapus